Judul : In a Blue Moon
Penulis : Ilana Tan
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
"Aku sudah menemukan tunanganmu!" Alis Lucas Ford terangkat tinggi mendengar kata-kata kakeknya yang diucapkan dengan penuh semangat itu. "Tunggu sebentar, Pop," katanya singkat. "Ada dua masalah di sini, " kata Lucas. "Satu, aku tidak tahu dia menghilang. Dua, aku bahkan tidak tahu aku sudah punya tunangan," lanjutnya.
(Halaman11-12)
Jangan Menangis, Ibu
Jangan Menangis, Ibu
Kamis kemarin lagi lagi kau merintih
Luka lama kembali menganga perih
Di pipi tirusmu
Kau pendam semua pedih dan letih
Enam peluru menembus jantungmu
Dari mereka yang mengaku anakmu
Kau meringis
Tawa riangmu semakin terkikis
Padahal kau layak bahagia tanpa tangis
Bertemu Idola
13 Januari 2016
Pukul 5 sorean.
Gue jalan dari masjid yang ada di dekat lapangan sempur. Jalan aspal yang kami lalui masih basah sisa hujan barusan. Di jam se-sore itu kami baru sholat Ashar. Kalo mau bikin bikin alasan sih, hujan dari tadi terus turun deras. Kami berteduh di pinggir lapangan Sempur pun akibat hujan yang tiba-tiba turun. Kalau tidak, kami mungkin terus melanjutkan perjalanan, perjalanan yang arah dan tujuannya pun belum kami tentukan.
Setengah jalan dari masjid menuju pinggir lapangan Sempur tempat kami menyimpan motor, sekilas kami--Gue sama Nyoto-- melihat ada seseorang yang benar-benar kami kenal berjalan dari arah berlawanan, mendekati kami. Kami terkejut dengan pertemuan yang sangat tiba-tiba itu. Ketika jarak kami sudah sekitar satu meter, gue yang jalan duluan di depan Nyoto langsung tersenyum kepada sosok itu dan segera mengulurkan tangan dan mencium tangan beliau, sosok yang sangat kami idolakan di kampus. Dosen kami sendiri.
Pukul 5 sorean.
Gue jalan dari masjid yang ada di dekat lapangan sempur. Jalan aspal yang kami lalui masih basah sisa hujan barusan. Di jam se-sore itu kami baru sholat Ashar. Kalo mau bikin bikin alasan sih, hujan dari tadi terus turun deras. Kami berteduh di pinggir lapangan Sempur pun akibat hujan yang tiba-tiba turun. Kalau tidak, kami mungkin terus melanjutkan perjalanan, perjalanan yang arah dan tujuannya pun belum kami tentukan.
Setengah jalan dari masjid menuju pinggir lapangan Sempur tempat kami menyimpan motor, sekilas kami--Gue sama Nyoto-- melihat ada seseorang yang benar-benar kami kenal berjalan dari arah berlawanan, mendekati kami. Kami terkejut dengan pertemuan yang sangat tiba-tiba itu. Ketika jarak kami sudah sekitar satu meter, gue yang jalan duluan di depan Nyoto langsung tersenyum kepada sosok itu dan segera mengulurkan tangan dan mencium tangan beliau, sosok yang sangat kami idolakan di kampus. Dosen kami sendiri.
Review Buku: Critical Eleven
Judul Buku: Critical Eleven
Pengarang : Ika Natassa
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Pengarang : Ika Natassa
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Lulus
"Makanya cepet lulus!"
Tiga kata yang akhir-akhir ini sering terngiang di telinga dan tidak pernah gagal tembus nusuk sampai hati. Dan gue cuma bisa memberi respon dengan senyuman yang kadang sekuat tenaga harus gue paksakan buat terlihat setulus mungkin, biar orang yang gue hadepin ga melihat "penderitaan" yang gue rasakan akibat tiga kata yang mereka katakan.
Yah.. gue ga bisa salahin mereka juga. Mungkin tiga kata yang mereka ucapkan timbul dari kepedulian mereka pada gue. Gue ga bisa salahin mereka yang ga pernah tau gimana tiap detiknya gue kepikiran masalah ini, gimana tiap malam gue insomnia sambil bercucuran keringat dingin dan diikuti kepala pening akibat mikirin masalah ini. Yang bisa gue salahin mungkin diri gue sendiri yang dengan tololnya nunda nunda lulus dengan alasan yang ga jelas. Coward.!
Tiga kata yang akhir-akhir ini sering terngiang di telinga dan tidak pernah gagal tembus nusuk sampai hati. Dan gue cuma bisa memberi respon dengan senyuman yang kadang sekuat tenaga harus gue paksakan buat terlihat setulus mungkin, biar orang yang gue hadepin ga melihat "penderitaan" yang gue rasakan akibat tiga kata yang mereka katakan.
Yah.. gue ga bisa salahin mereka juga. Mungkin tiga kata yang mereka ucapkan timbul dari kepedulian mereka pada gue. Gue ga bisa salahin mereka yang ga pernah tau gimana tiap detiknya gue kepikiran masalah ini, gimana tiap malam gue insomnia sambil bercucuran keringat dingin dan diikuti kepala pening akibat mikirin masalah ini. Yang bisa gue salahin mungkin diri gue sendiri yang dengan tololnya nunda nunda lulus dengan alasan yang ga jelas. Coward.!
#kode
Menurut KBBI yang gue browsing di google, kode berarti tanda (kata-kata, tulisan) yang disepakati untuk maksud tertentu (untuk menjamin kerahasiaan berita, pemerintah, dan sebagainya). Dalam bahasa pergaulan masa kini, kode sering diidentikkan dengan pemberian tanda (isyarat) secara halus kepada seseorang agar orang yang diberi kode melakukan sesuatu kepada si pemberi kode. pemberian #kode dilakukan karena si pemberi merasa malas, malu, segan, dsb, untuk berkata langsung terang-terangan.
Bicara masalah #kode, orang tua gue termasuk orang yang sangat sulit dikasih kode. Pernah gue ngasih kode lewat SMS, waktu itu hari ibu. Tadinya gue mau romantis-romantisan dengan ngucapin selamat hari ibu ke Mamah. Gue akhirnya SMS beliau gini, "Mah, sekarang tanggal 22 Desember." Pengin tau balasan beliau seperti apa? Mamah membalas SMS gue dengan, "Iya insya Allah nanti hari Jum'at ditrasfer. Bapak belum sempat pergi ke bank.". Lain hal dengan Bapak. Baru-baru ini gue ditelfon, dan kebetulan hp gue lagi gangguan ga bisa nerima telfon. Akhirnya gue SMS gini," SMS aja Pa, Hp nya lagi ada gangguan ga bisa telfon.". Berharap diberi uang bulanan lebih buat benerin HP, Bapak dengan datarnya ga nyinggung-nyinggung masalah Hp.
Tapi itulah orang tua gue. Selama gue hidup, bagaimanapun mereka selalu berusaha memenuhi kebutuhan gue. Apapun yang gue pinta, selama itu masuk akal, mereka pasti berusaha memenuhi. Orang tua gue punya cara sendiri dalam menyayangi gue.
Belajar Membenci
Baru baru ini media sosial diramaikan dengan meme bergambar parodi logika keputusan hakim. hakim yang dijadikan parodi ini tak lain adalah hakim Parlas Nababan, yang sebelumnya memberikan putusan "mengagumkan" pada persidangan yang dipimpinnya. Dikutip dari sebuah sumber yang menyebutkan bahwa pemerintah menggugat PT BMH sebesar Rp7,9 triliun atas kasus
kebakaran hutan dan lahan di areal konsesinya. Pemerintah menganggap
perusahaan pemasok bahan baku kertas (pulp) di Ogan Komering Ilir itu
tidak serius dan lalai dalam mengelola izin yang diberikan, sehingga
terjadi kebakaran berulang kali di wilayah seluas sekitar 20 ribu
hektar.
Gugatan tersebut kemudian kandas di PN Palembang. Dalam pertimbangannya
hakim menilai kebakaran hutan tak merusak alam., karena kehilangan
keanekaragaman hayati tidak dapat dibuktikan. Kontan, penilaiannya
mendapat hujanan kiritik dari masyarakat. Dunia maya diramaikan dengan
komentar dan meme terhadap penilaiannya.
Masyarakat media sosial menganggap dasar putusan hakim tersebut terlalu "nyeleneh". Logika yang digunakan hakim terkesan bertentangan dengan nalar kita. Sontak saja meme bergambar hakim itu bermunculan di berbagai media sosial.
Yang saya lihat dari fenomena ini, kita seolah belajar membeci hakim yang mengeluarkan putusan itu, bukan keputusannya itu sendiri. Padahal suatu pepatah berbunyi "bencilah perbuatannya, bukan orangnya". Tidak sepenuhnya salah memang karena perbuatan orang itu adalah bagian dari dirinya. Putusan yang dikeluarkan hakim itu adalah berasal dari hasil pemikiran dirinya. Maka ketika kita membenci perbuatannya, kita secara otomatis akan membenci orangnya juga. Efek samping yang ditimbulkannya dari "kebencian" masyarakat ini juga bisa mengagumkan. Bukan tidak mungkin meme yang bermunculan akan menjadi tekanan tersendiri pada pihak pihak bersangkutan di atas sana. Bukan tidak mungkin juga di tingkat banding, hakim malah memberikan putusan yang sama sekali berlawanan dengan putusan semula. Dan tentu saja ini akan menjadi semacam teguran bagi hakim-hakim lain untuk lebih berhati-hati dalam memeberikan keputusan. Namun di samping itu, kita tidak bisa melupakan begitu saja bahwa hakim yang memberikan keputusan itu adalah manusia biasa yang bisa melakukan kesalahan. Kita tidak bisa membenci dia secara buta dan menyingkirkan sikap manusiawi kita. Bencilah seadanya, krikiklah seperlunya, jangan sampai menghina dan menjatuhkan harga dirinya. Pepatah "bencilah perbuatannya, bukan orangnya" masih tetap harus kita pegang.
Ber-manfaat
With great power comes great responsibility
Bersama dengan kekuatan yang besar, ada tanggung jawab yang besar
Begitulah kira kira kutipan yang bisa kita dengar dari film Spiderman. Film hero yang diperankan Tobey Meguire ini mengajarkan kepada kita bahwa semakin tinggi "derajat" kita, kita harus bisa memikul tanggung jawab yang lebih besar untuk bisa bermanfaat bagi orang lain.
Sampai tahap ini, saya jadi merenung sendiri, sudah sekian banyak tulisan yang saya tulis di blog ini. Bahkan saya juga pernah mencetak satu buah buku. Meski belum pasti juga ada yang membacanya. Saya berpikir, sedikit sekali hikmah yang saya tuangkan dalam tulisan-tulisan yang saya buat. Ternyata terlalu dini jika saya melabeli diri saya sebagai penulis. Masih banyak sekali yang harus saya perbaiki untuk bisa mencapai tahap sana.
Bersama dengan kekuatan yang besar, ada tanggung jawab yang besar
Begitulah kira kira kutipan yang bisa kita dengar dari film Spiderman. Film hero yang diperankan Tobey Meguire ini mengajarkan kepada kita bahwa semakin tinggi "derajat" kita, kita harus bisa memikul tanggung jawab yang lebih besar untuk bisa bermanfaat bagi orang lain.
Sampai tahap ini, saya jadi merenung sendiri, sudah sekian banyak tulisan yang saya tulis di blog ini. Bahkan saya juga pernah mencetak satu buah buku. Meski belum pasti juga ada yang membacanya. Saya berpikir, sedikit sekali hikmah yang saya tuangkan dalam tulisan-tulisan yang saya buat. Ternyata terlalu dini jika saya melabeli diri saya sebagai penulis. Masih banyak sekali yang harus saya perbaiki untuk bisa mencapai tahap sana.
Omong Kosong
Omong Kosong
Pagi kau teriak cintailah kebersihan
Kau punguti sampah sampah jalanan dalam satu ikatan
Siangnya kau lempar ia ke sungai tanpa segan
Siang hari kau teriak cintailah lingkungan
Kau tulis itu dalam papan pengumuman
Sarang lalat di pojok rumahmu kau biarkan.
Sore kau berkoar jagalah kesehatan
Hepatitis dan tipus sedang jadi ancaman
Kau biarkan piring dan gelas bekas liurmu berserakan.
Malam kau melengggang ke tempat mengaji
Kau bilang cintai sesama dengan berbagi
Uang kas kau nunggak tiga bulan gaji
Omong kosong!!!
Pagi kau teriak cintailah kebersihan
Kau punguti sampah sampah jalanan dalam satu ikatan
Siangnya kau lempar ia ke sungai tanpa segan
Siang hari kau teriak cintailah lingkungan
Kau tulis itu dalam papan pengumuman
Sarang lalat di pojok rumahmu kau biarkan.
Sore kau berkoar jagalah kesehatan
Hepatitis dan tipus sedang jadi ancaman
Kau biarkan piring dan gelas bekas liurmu berserakan.
Malam kau melengggang ke tempat mengaji
Kau bilang cintai sesama dengan berbagi
Uang kas kau nunggak tiga bulan gaji
Omong kosong!!!
Resolusi 2016
Jujur saja, baru kali ini gue membuat resolusi di awal tahun. Seringnya gue mengucapkan resolusi sebatas angan angan saja dan menganggapnya tidak penting. Resolusi hanya akan menjadi angan-angan belaka tanpa ada upaya untuk mewujudkannya. Namun belakangan gue merasa bosan dengan hidup gue yang begini begini aja. Gue harus berubah. Gue harus punya mimpi. Manusia tanpa mimpi adalah bangkai yang masih bisa hidup. Dan gue bukan bangkai! Harus ada pencapaian dalam diri gue. Dan menuliskan resolusi ke dalam secarik kertas atau media lain gue pikir bisa menjadi salah satu upaya awal dalam melakukan pencapaian-pencapaian itu. Menuliskan resolusi beserta deadline dan hukuman yang akan kita jalani bila tidak bisa mencapainya, mungkin akan memberikan sugesti ke alam bawah sadar kita bahwa harus ada yang kita lakukan untuk mewujudkan impian kita. Menuliskan resolusi bisa menjadi pengingat diri kita sendiri bahwa ada yang harus kita lakukan selama kita masih hidup di dunia ini. Menuliskan resolusi sama saja dengan membisikkan kepada semesta tentang apa yang kita ingin capai dalam hidup ini. Dan memberi tahu orang-terdekat kita tentang mimpi-mimpi kita bisa saja menjadi do'a yang akan cepat dikabul Tuhan.
Review Buku: Let Me Be With You
Let Me Be With You - Ria N. Badaria