Saat mentari tenggelam, kurangkai nada penuh pesona. Beriring kerlipnya gemintang yang mulai nampak. Kurangkai kata. Kurangkai semua dalam angan. Kusimpan dalam-dalam sampai semua tak tertahan lagi. Dan, inilah wujud nyata semua itu. Sebuah rangkaian kata yang hanya bisa dimengerti oleh seorang anak yang haus cinta. Seorang pecinta yang hanya bisa memandangnya dari sudut gelapnya. Memetik indah senyumannya dari sudut gelapnya. Melihat indah sorot matanya hanya dari sudut gelapnya. Semua hanya dari sudut gelapnya.
Saat kulihat bulan mulai tampak, hatiku menjerit, hatiku merintih. Semakin jauh telaga yang kaya air itu. Semakin jauh meninggalkanku. Hingga kusadari, harus segera kuakhiri semua mimpi ini. Harus segera kusadari semua bayangan semu ini. Dia tak mungkin rela. Dia tak mungkin tulus. Telaga itu tak mungkin memberikan airnya kepada orang yang tak berarti apa apa ini.
Saat gemintang semakin menjuta, kusadari suatu makna. Cinta sejati tak akan mati. Cinta sejati tak harus memiliki. Cinta sejati adalah keikhlasan diri melihat orang yang kita cintai bahagia. Biarlah telaga itu pergi. Biarkan airnya tak menyentuh kulit ini. Biarlah aku duduk di atas pasir ini sendiri, melihat telaga itu menjauh pergi.
0 komentar:
Posting Komentar