Kekecewaan

Hari ini fakultasku bertanding sepak bola dalam olimpiade di kampus. Hasilnya sedikit mengecewakan. Kami kalah tipis 1-2 dari lawan. Sebagai seorang pendukung, tentu aku sedikit kecewa. Siapa pula yang senang melihat tim yang didukungnya mengalami kekalahan.

Tim kami awalnya unggul 1-0, kemudian lawan bangkit dan mengejar poin jadi 1-1. Tim jadi kewalahan di akhir pertandingan. Entah faktor kelelahan atau mental yang bermasalah, menjadikan kerja sama jadi sedikit acak acakan. Ujungnya, blunder dari para pemain belakan serta mungkin faktor lapangan yang kurang menguntungkan, bola yang seharusnya mudah ditangkap penjaga gawang malah masuk ke gawang sendiri. Lawan menang di menit-menit terakhir.

Orang bilang, kekalahan adalah kemenangan yang tertunda. Bullshit. Pertandingan yang sudah terjadi tidak bisa diulang kembali. Kekecewaan yang sudah ditelan tidak mungkin dimuntahkan lagi. Hanya yang menjadi masalah, bagaimana kita menerima kekalahan itu dan berusaha bangkit.

Life is a game. Game is a life.
Seperti pertandingan, hidup juga sering diwarnai dengan kekalahan dan kekecewaan: kita sedang berysaha mendekati seorang wanita, namun tiba tiba dia jadian dengan orang lain, kita kalah. Kita kecewa. Kita dua jam nunggu dosen yang tidak kunjung datang, lalu ketika datang dosen itu malah menceramahi kita, memarahi kita, ketus pada kita, kita kecewa. Coba hitung dalam hari ini, berapa kali kita merasakan kekecewaan.

Raditya Dika bilang, menangislah, marahlah. Habiskan semua itu, kemudian bangkitlah. Tidak ada salahnya dengan kecewa dan bersedih. Tapi setelah itu, kita harus bangkit, bukan demi orang lain, demi diri kita sendiri. Move on. Move up.

Kemenangan adalah momen di mana persiapan yang matang bertemu dengan keberuntungan.
Omong omong, terima kasih buat atlet yang tadi bertading. Respect buat kalian. Saluta Familia.

Catatan Peristiwa: Mei 2016

Mei.  Bulan kemerdekaan para buruh.  Bulan pendidikan dan kebangkitan. Bulan Buku dan pengetahuan. Bulan di mana Sang Diktator yang pernah berkuasa di negeri ini turun dari jabatannya 18 tahun lalu. Bulan kebebasan, di mana setiap kita tidak lagi harus takut bersuara dan mengeluarkan pendapat. Lalu sebagian orang di belahan bumi Indonesia sana merayakan bulan ini dengan cara mereka .

2 Mei.  Tepat di mana pendidikan didengung dengungkan, Di Bumi Sumatera,  Nurain Lubis tewas berlinang darah di kamar mandi kampus setelah digorok mahasiswanya sendiri.  Selamat Hari Pendidikan, Roymando Sah Siregar!

13 Mei.  Eno Parinah meregang nyawa setelah gagang cangkul sepanjang 65 cm menembus dada  melalui kemaluannya. Tiga manusia biadab membunuh Eno setelah salah satu dari mereka memperkosa dan memukuli kepala korban.

Bonus:

Sumber: http://daerah.sindonews.com/topic/7196/pencabulan

Tapi tenang saja. Di antara caruk maruk negeri ini, kita masih punya harapan.

1 Mei. Para pemuda penyebar virus membaca serentak mengadakan acara bertajuk "Lapak Serempak", acara  di mana para pemuda Indonesia mengadakan kampanye membaca di 20 kota berbeda. Acara digelar dengan turun ke jalan dan membaca lapak membaca buku gratis di perpustakaan jalanan.  Kalian mungkin baru tahu hal ini karena minimnya liputan di media.  Ah, media!

20 Mei. Sebanyak 108 pemuda berestafet membawa bendera Indonesia mulai dari titik nol Bandung sampai puncak tertinggi Jawa Barat. Apa yang istimewa dari (sekedar) membawa bendera dari kota ke puncak gunung?  Rasa Cinta terhadap negeri! Jangan tanya mereka seberapa besar cinta mereka terhadap merah putih dan Negeri ini, karena mereka sendiri tidak akan sanggup mengukurnya.  Mereka mencintai negerinya.  Bagaimana dengan kita?

22 Mei. Tim Thomas Indonesia berhasil menjadi runner up dalam Thomas and Uber Cup 2016. Sementara itu, Tim Uber Indonesia berhasil masuk perempat final meski langkahnya harus terhenti setelah melawan Korea Selatan.  Mari bertepuk tangan dan angkat topi untuk mereka.


(Bukan) Cerita FTV

Aku matikan mesin motorku yang masih menyala, lalu kulepas helm dan menaruhnya di atas kaca spion sebelah kanan.  Dari tempatku berada, wajah ayumu sudah bisa kulihat dengan jelas meski hanya bagian pinggirnya saja.  Sengaja aku tidak langsung turun dari motor dan menghampirimu agar aku bisa lebih lama memandangmu.  Hal yang tidak bisa kulakukan setiap hari.

Sebelum semuanya tampak aneh, aku terpaksa menghentikan semuanya dan bergegas berjalan ke arahmu.  Senyum teduhmu langsung menyambut begitu pertama kali melihat kedatanganku.

"Eh, Mas. Baru pulang kuliah?"katamu sambil sedikit tersenyum.

"Iya, Mbak. Baru bubar langsung mampir ke sini, hehe"  jawabku sambil sedikit tersipu malu. Aduh jangan sampai pipi ini berubah memerah.

"Mau dibikinin yang biasa?" Lanjutmu, masih dengan memasang senyuman.

"Boleh."

"Dibungkus?"

"Ya."

Lalu badanmu berbalik memunggungiku.  Tanganmu dengan lihai mencampur bumbu bumbu ke dalam sebuah kantong plastik.  Kamu kemudian merobek-robek sayuran dan bihun serta memasukkannya juga.
Tanganmu lalu meraih sinduk agak besar untuk mengambil bakso dari dalam kuali yang masih beruap.  Bakso itu kemudian kamu masukkan ke dalam plastik disertai dengan kuahnya.  Kantong plasti itu kamu ikat dan masukkan ke dalam kresek berwarna putih.

"Ini, Mas.  Ada lagi?" katamu sambil menyodorkan kantong kresek berisi bakso itu

"Sudah, ini saja." Jawabku.  Aku kemudian mengambil uang sepuluh ribuan dan lima ribuan masing masing satu lembar serta menyerahkannya padamu.

"Uangnya pas, Ya.  Terima kasih." katamu, masih dengan senyuman yang tersungging. 

Ah... senyum itu. Masih terlihat sama sejak tiga tahun lalu, sejak pertama kali aku melihatnya dan langsung kecanduan dibuatnya.

Tiga tahun, Mbak. Dan sampai saat ini aku bahkan belum tahu namamu.  Jangankan untuk bertanya, untuk memperpanjang percakapan lebih dari percakapan antara penjual dan pembeli pun aku tidak bisa.  Hidup ini ternyata tidak semudah cerita di FTV  yang bisa menyatukan dua orang tidak saling kenal begitu saja.

Who Am I

Who am I adalah sebuah film yang dibintangi Jackie Chan dan tayang tahun 1998.  Film ini bercerita tentang agen Hongkong yang mengalami hilang ingatan dan terbangun di tengah suatu suku di Afrika. Ketika terbangun, Agen Hongkong itu tidak mengingat namanya dan terus bertanya siapa dirinya. "Who am I?" Suku Afrika yang menyelamatkannya tidak bisa berbahasa Inggris dan mengira "Who am I?" adalah nama agen itu.  Who Am I kemudian terus mencari siapa dirinya hingga berbagai peristiwa silih berganti menghampirinya.

Cukup.  Bukan itu sebenarnya yang ingin aku tulis.
"Who am I?" atau "Siapakah aku ini?" adalah pertanyaan dasar yang mungkin setiap manusia pernah mempertanyakannya. Semenjak masih kecil mulai dari memiliki pikiran sampai mati nanti, atau bahkan  setelah dikubur nanti, pertanyaan itu bisa saja masih muncul dan menghantui. Tiap hari, tiap bangun tidur, sampai tidur lagi, aku berusaha mencari jawaban dari pertanyaan itu.  Dan seringnya, aku kesulitan menjawabnya.

Who am I?
Aku terbiasa menjalani hidup dengan "let it flow", mengalir begitu saja, hingga suatu ketika aku melihat temanku berganti foto profil BBM dengan dirinya telah berseragam kantornya, atau orang lain yang telah berhasil menjelajah keindahan Indonesia, dari satu daerah ke daerah lain, atau orang lain yang sedang mengangkat piala atau medali atas prestasinya yang membanggakan.  Ketika itu, pertanyaan "Siapakah aku ini" tiba-tiba semakin panjang dan membawa embel-embel "Apa yang telah aku capai di dunia ini?". Menyebalkan!

Orang paling menyedihkan di dunia ini adalah orang yang tidak tahu harus pergi kemana.  Dan orang yang lebih menyedihkan dari itu adalah orang yang tidak tahu harus pulang ke mana.
Dan aku masih saja diam di tempat ini.


Mengapa harus berlebihan?


.
Baiklah, mungkin ini lumrah, datang ke acara kondangan nikah dengan make up sempurna dan dandanan yang terkesan ‘wah’, seolah kitalah yang sedang berpesta. Bedak tebal dan maskara yang menghiasi wajah. Bila perlu, alis ikut ditambal dengan goresan geresan pensil layaknya sedang membuat sebuah lukisan. Tapi, dari sudut pandangku, semua itu bukanlah rukun wajib yang benar benar harus dilakukan.

Konsultasi dan Bimbingan

Ketika pertama kali menghadap setelah sekian lama menghilang, yang menjadi pertanyaan dosen pembimbing skripsiku dulu adalah: “Kamu ke mana aja? Ngilang ga ada kabar. Putus cinta? Ada masalah sama pacar kamu?”