Hari ini fakultasku bertanding sepak bola dalam olimpiade di kampus.
Hasilnya sedikit mengecewakan. Kami kalah tipis 1-2 dari lawan. Sebagai
seorang pendukung, tentu aku sedikit kecewa. Siapa pula yang senang
melihat tim yang didukungnya mengalami kekalahan.
Tim kami awalnya unggul 1-0, kemudian lawan bangkit dan mengejar poin
jadi 1-1. Tim jadi kewalahan di akhir pertandingan. Entah faktor
kelelahan atau mental yang bermasalah, menjadikan kerja sama jadi
sedikit acak acakan. Ujungnya, blunder dari para pemain belakan serta
mungkin faktor lapangan yang kurang menguntungkan, bola yang seharusnya
mudah ditangkap penjaga gawang malah masuk ke gawang sendiri. Lawan
menang di menit-menit terakhir.
Orang bilang, kekalahan adalah kemenangan yang tertunda. Bullshit.
Pertandingan yang sudah terjadi tidak bisa diulang kembali. Kekecewaan
yang sudah ditelan tidak mungkin dimuntahkan lagi. Hanya yang menjadi
masalah, bagaimana kita menerima kekalahan itu dan berusaha bangkit.
Life is a game. Game is a life.
Seperti pertandingan, hidup juga sering diwarnai dengan kekalahan dan
kekecewaan: kita sedang berysaha mendekati seorang wanita, namun tiba
tiba dia jadian dengan orang lain, kita kalah. Kita kecewa. Kita dua
jam nunggu dosen yang tidak kunjung datang, lalu ketika datang dosen itu
malah menceramahi kita, memarahi kita, ketus pada kita, kita kecewa.
Coba hitung dalam hari ini, berapa kali kita merasakan kekecewaan.
Raditya Dika bilang, menangislah, marahlah. Habiskan semua itu,
kemudian bangkitlah. Tidak ada salahnya dengan kecewa dan bersedih. Tapi
setelah itu, kita harus bangkit, bukan demi orang lain, demi diri kita
sendiri. Move on. Move up.
Kemenangan adalah momen di mana persiapan yang matang bertemu dengan keberuntungan.
Omong omong, terima kasih buat atlet yang tadi bertading. Respect buat kalian. Saluta Familia.
0 komentar:
Posting Komentar