Kamu Datang Lalu Pergi

Saya benci dengan orang yang ketika ada perlu dia baik baikin kita, ngechat kita di medsos padahal sehari harinya juga gak pernah muncul. Sekedar say hay atau sesimpel simpelnya ngirim stiker di line atau balas salam pun ga pernah. Silent reader doang. Rasanya pengen muncul di depan mukanya dengan tiba tiba lalu bilang "kemana aja lu selama ini? Giliran ada perlu aja muncul!"

Sama halnya dengan orang yang jarang muncul di komunitas, ga pernah kumpul saat ada acara, eh giliran dia ikut event tertentu yang ngebutuhin dukungan, sahre nya bejibun numpuk. Lu masih nganggep diri lu anggota enggak? Punya malu dikit mah!  

Maaf barangkali ada yang baca tulisan saya ini lalu kemudian merasa tersindir, silakan mau benci saya juga enggak apa apa. Saya mah sudah biasa dibenci orang. Cuma kamu juga harus belajar, belajar inget dari mana kamu berasal. Coba pikir. Kan setiap ucapan yang baik harus didengar meski berasal dari bajingan sekalipun.

Salam
tsy

Kamar Kosong

Hal yang paling disukai oleh penyendiri adalah sepi.  Hal yang paling ditakuti oleh penyendiri adalah kesepian.

***

Malam ini, pukul 8:36 malam.
Telfon genggam berkali-kali berbunyi dengan pesan-pesan yang saling menyahut dari sebuah grup media sosial. Mata saya terfokus pada layar monitor selebar 16 inc, sedang pikiran tetap saja liar, berlabuh dari satu perkara ke perkara lain.  Kosong.  Tetap saja kosong. Saya mencari sesuatu hal yang saya pun tak tahu apa yang saya cari.  Semuanya kosong.  Semakin dalam saya menggali, semakin jauh rasanya "sesuatu" itu tertanam di dalam sana.  Palsu.  Serupa bualan yang sehari  hari kita lontarkan untuk mewarnai lukisan gambar kita sendiri. Saya muak dengan berbagai kebohongan.  Saya muak dengan berbagai kepalsuan yang saban hari masuk telinga dan mata.

Biarkan saya berkata jujur malam ini!Meneriakkan caci maki dan umpatan tentang kehidupan, bagaimana hidup ini tak selalu terasa manis dan menyenangkan.  Bahwa ada kalanya senda gurau hanya sebuah topeng untuk menutupi tangisan dan air mata.  Bahwa senda gurau hanyalah analgesik yang membuai memanjakan rasa,  sedang ketika pulang yang kutemui adalah kamar kosong ini lagi!
 

Sindiran dan Sarkasme

Satu hal yang membuat aku malas untuk mengungkapkan isi hati dan pikiran menjadi sebuah tulisan, atau hanya sebuah status media sosial, adalah sindiran dan sarkasme bahkan gunjingan yang sering orang lakukan di belakang.  Aku akui ketika mendapat hal semacam itu aku selalu down dan sakit hati. Pertahananku belum cukup kuat untuk menerima hal-hal seperti itu.  Sialnya, ucapan yang sampai di telingaku selalu berupa perkataan matang hasil penarikan kesimpulan atas semua gunjingan di belakang; serupa label penggalau dan sejenisnya.

Perpisahan (3)

Setelah hari ini, puisiku akan melulu tentang kesedihan dan tangisan, yang mengguyur serupa rintik Hujan Bulan Juni. Tanah yang gembur kan banjir sedang tanah yang tandus kian kering.

Tentang Hari Ulang Tahunmu


Falling Slowly - Glen Hansard & Marketa Irglova

Menurut gue, musik yang benar-benar bagus adalah musik yang memiliki jiwa.   Musik yang benar-benar bagus adalah musik yang langsung nyentuh hati, membuat orang yang mendengarnya merasakan emosi yang dibawa si lagu.  Lagu Falling Slowly yang dinyanyikan pasangan Glen Hansard-Marketa Irglova adalah salah satu lagu yang menurut gue masuk kategori ini.  Pasangan dari Ireland ini sukses menaruh jiwa dalam setiap baris lirik yang dinyanyikannya. Keren. 
***

I don't know you
But I want you
All the more for that
 
Words fall through me
And always fool me
And I can't react
 
And games that never amount
To more than they're meant
Will play themselves out

Take this sinking boat and point it home
We've still got time

Raise your hopeful voice you have a choice
You'll make it now

Falling slowly, 
eyes that know me
And I can't go back
 
Moods that take me 
and erase me
And I'm painted black
 
You have suffered enough
And warred with yourself
It's time that you won

Take this sinking boat and point it home
We've still got time
 
Raise your hopeful voice you have a choice
You'll make it now

Falling slowly sing your melody
I'll sing along

***


Welcome to (not) Indonesia


Jujur saja ada rasa sedih melihat gambar ini.  Gambar ini seakan mengatakan bahwa “Pelanggaran hukum sudah biasa terjadi di Indonesia.” Lagi lagi kita menyalahkan Indonesia, lagi lagi kita menganggap negara kita sendiri sebagai negara tak beradab dan tak berperaturan.  Kita seolah mengenalkan pada dunia bahwa inilah wajah asli Indonesia.  Kita gagal melihat bahwa Bapak Bersepeda yang mengingatkan para polisi dan pengendara motor besar itu pun adalah orang Indonesia. Berhentilah menyalahkan Indonesia. Bukan Indonesia-nya yang salah, tapi para pendirinya seperti penegak hukum, pemerintah, bahkan termasuk diri kita sendirilah yang salah.

Sadar atau tidak, kita terlanjur pasrah dengan keadaan negara kita yang seperti ini. Kita terlanjur menerima apa yang terjadi sebagai wajah asli Indonesia.  Sebagian dari kita (termasuk saya) bisanya hanya “ngedumel” di belakang bila ada ketidak nyamanan atas negara ini tanpa sedikitpun melakukan perubahan.

Saya sendiri memang pernah, bahkan sering menyaksikan ulah “oknum” polisi yang dengan sengaja melanggar peraturan.   Saya pun pernah merasakan bagaimana komplotan bermotor gede dengan semena-mena menguasai jalan raya seolah jalan itu dibuat untuk mereka.  Tapi toh masalah tidak akan selesai dengan hanya menyalahkan mereka.  Masalah tidak akan selesai dengan hanya berkata “Inilah Indonesia” tanpa ada upaya untuk merubahnya. Justru kita seharusnya berkata “Ini bukan Indonesia!” Harus ada upaya untuk melakukan perubahan, misalnya ya dengan mengingatkan mereka seperti yang Bapak Pengendara sepeda itu lakukan.

 Akhirnya, saya jadi teringat salah satu lagu Pandji Pragiwaksono yang berjudul Tangan Kotor yang liriknya berbunyi seperti ini:

Alunanku pelan agar kau pahami
Alunanku pelan agar kau pahami
Ku ulangi tadi agar kau mengerti
Ada yang lebih penting dari pamer teknik


Diam salah, Bicara salah
Kau pro kemajuan tapi tak mau tanganmu kotor
Perubahan apa yang kau harap dari hanya mencela
Ku serba salah


Dari luar kita sering menilai
Jelek di cerca, bagus tak jadi bahan cerita
Entah apa tolok ukur akan kesuksesan negara


Kau meradang di matamu
kemiskinan buat Indonesia terbelakang
Kau sendiri tak pernah lakukan apapun
tuk hapus angka kemiskinan, kau curang, kawan


Gulung lengan baju
Tangan kotor, tubuh berpeluh
Kalau nggak kotor, nggak belajar, nggak maju
Bangun negara dari bawah dulu


Lihat Ibumu, walau ada pembantu
tetap beres beres rumah, tetap mau nyapu
Rasa memiliki membedakannya dan kamu
rumah itu miliknya, bukan milik pembantu


Kini lihat keluar, lihat potret bangsamu
GodBless bilang ini rumah kita ingatkah lagu itu
Kalau negara berantakan di matamu
Apa kau yang bereskan atau main suruh


Rasa memiliki Indonesia
Penting untuk tahu kesehatan bangsa
Rakyat merasa lebih tau dari pemerintah
Pemerintah diam-diam menyimpan agenda


Hubungan yang didasari rasa curiga
Hadirkan keraguan dan tak percaya
Kalau kita takut-takut di perempatan
Mobil gak jalan-jalan, kapan sampai tujuan


loe gak berhak mengeluh indonesia adalah negara yang miskin
kalo loe gak pernah melakukan apapun untuk menghapus angka kemiskinan
loe gak berhak mengeluh indonesia adalah negara yang terbelakang
kalo loe gak pernah memajukan indonesia


Seperti Aa Gym bilang, untuk melakukan perubahan, lakukanlah dengan 3M: Mulai dari hal yang kecil, Mulai dari sekarang, dan Mulai dari diri sendiri.

Selamat Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke 70
Merdekalah negaraku, Merdekalah Indonesiaku!

Taofik Sy.
Bogor 16 Agustus 2015

Gambar diambil dari sini

Pada Harinya Nanti

Pada harinya nanti, entah tepat setelah detik pertama pergantian hari, atau pagi pagi ketika tetes embun terakhir menitik, atau mentari terlanjur naik, pintu kamarmu akan diketuk, lalu namamu dipanggil lirih. Kamu keluar, diikuti teriakan bernada gembira, “Selamat ulang tahun!” Katanya keras. Kemudian kamu menutup mulut dengan kedua tanganmu, entah benar terkejut atau hanya pura pura. Senyummu mengembang diikuti desir darah hangat yang mengalir dari ubun ubun menuju hati, membuat jantungmu berdegup lebih cepat dua kali.

Pulangnya Sang Salmon

Sejauh apapun, selama apapun salmon mengembara di lautan luas, pulang jua ia pada sungai tempat dia dilahirkan.”
***

To Be Unconcerned Not To Be Unconcerned

Ada fase dalam hidupku dimana aku benar benar tidak mau peduli dengan orang lain, entah itu perasaannya, keadaannya, dan segala hal yang menyangkut dirinya.  Ada fase dalam hidupku dimana aku menganggap orang-orang di sekelilingku adalah palsu, baik tindakan atau ucapannya.  Ada fase dalam hidupku di mana aku menyelimuti diriku sendiri dengan kain plastik tebal hingga apapun yang orang lain perbuat padaku, semuanya mental.