Satu hal yang membuat aku malas untuk mengungkapkan isi hati dan pikiran menjadi sebuah tulisan, atau hanya sebuah status media sosial, adalah sindiran dan sarkasme bahkan gunjingan yang sering orang lakukan di belakang. Aku akui ketika mendapat hal semacam itu aku selalu down dan sakit hati. Pertahananku belum cukup kuat untuk menerima hal-hal seperti itu. Sialnya, ucapan yang sampai di telingaku selalu berupa perkataan matang hasil penarikan kesimpulan atas semua gunjingan di belakang; serupa label penggalau dan sejenisnya.
"Enggak galau. Bukan galau. Bukan galau tapi puitis".. Hhha jawaban miris yang selalu keluar dari mulutku. Mengenaskan.
Aku bukannya benci disebut galau, tapi... ayolah, ada hal yang boleh kamu hakimi semau kamu dan ada hal yang tidak semestinya kamu hakimi. Adalah sesuatu yang bijak ketika peran kamu cukup sampai mengambil kesimpulan, tidak dilanjutkan dengan penghakiman serta gunjingan bersama teman-temanmu. Tuhan menciptakan kita dengan dua telinga, dua mata, dan satu mulut adalah agar kita lebih banyak mendengar, lebih banyak membaca, lebih banyak memahami dibanding berbicara.
Di lain sisi, coba bayangkan ketika ada seorang remaja memiliki bakat dalam menulis puisi. Dia mencoba menuliskan puisinya di sebuah media sosial. Lalu tanpa memahami isi puisi remaja tersebut, hanya menilai dari diksi mentah yang kita baca kita kemudian melabeli remaja tersebut dengan sebutan "galau" di kolom komentar. Remaja tersebut belum cukup kuat mentalnya untuk menerima satu kata label tersebut dan akhirnya dia down. Dia berhenti menulis puisi karena tidak ingin orang orang menyebut dirinya galau. Secara tidak langsung dan sadar atau tidak kita telah membunuh bakat yang ada dalam diri seseorang. Akan lain cerita bila kita hanya mengambil kesimpulan di pikiran bahwa remaja tersebut memang galau. Stop, kata "galau" hanya sampai di pikiran kita, tidak menembus batas mulut dan keluar menjadi liar. Mungkin akan tercipta puisi puisi lainnya yang mungkin menurut pandangan kita hanya penggalauan tetapi menurut orang yang mengerti puisi, apa yang dituliskan remaja itu adalah sesuatu yang luar biasa.
Sekali lagi aku tekankan, ada hal- hal yang boleh kamu hakimi sesukamu dan ada hal-hal yang cukup kamu tarik kesimpulan tanpa adanya penghakiman lanjutan. Hidup bukan melulu tentang kesenanganmu sendiri tapi juga perasaan orang lain
Salam.
tsy
0 komentar:
Posting Komentar