Guilty on Me

Barusan dapat kabar teman sebentar lagi mau nikah.  Selamaaaat...
Kemudian timbul rasa tidak enak di hati.  Bukan.  Bukan ga ikut bahagia denger kabar itu.  Bukan juga cemburu.  Gimana yah... tiba-tiba berkaca aja pada diri sendiri.   Orang lain sudah sampai tahap manaaa dalam hidupnya.  Mereka sudah siap melangkah ke tahap yang lebih tinggi sedangkan aku, aku masih di sini.  Seperti penumpang yang ketinggalan kereta lalu hanya bisa melihat kereta itu pergi dan menghilang di kejauhan.  Ada rasa menyalahkan diri sendiri.  Dan itu ga enak sama sekali.

Setiap orang memang punya alur kehidupan masing-masing.  Punya ritmenya sendiri-sendiri.  Punya "waktu yang tepat" tiap-tiap.  Dan memang tidak seharusnya kita membandingkan diri sendiri dengan orang lain.  Tidak akan ada habisnya.  Tapi, apa boleh dikata, pikiran-pikiran tentang perbandingan itu menelusup begitu saja ke ruang otak dan mengirimkan impuls otomatis ke hati.

Sebagian orang mungkin bisa menjadikan "impuls" itu sebagai trigger buat memperbaiki diri.  Tapi sayangnya aku bukan orang yang demikian.  Aku tidak mudah termotivasi, terlebih oleh kehidupan orang lain.  AKu tidak pandai mencontoh dan menjadikan orang lain sebagai role model.  Bukan aku sama sekali.  Aku orang yang punya ritme sendiri dan sulit diubah, bahkan oleh diriku sendiri.  Akhirnya yang terjadi adalah, aku kehilangan acuan dan senantiasa terbuai oleh lambatnya ritme kehidupanku.

Buku Bagus: Nyesel Itu Datangnya Belakangan

Sekitar bulan Januari-Februari 2017 kemarin ada Gramedia Fair di Yogya Dramaga. Di sana dijual buku-buku murah layaknya book fair lainnya.  Gue sempat datang ke sana dua kali.  Pertama pas pulang dari berobat di Katili, kedua bareng si Zulva.  Dari dua kedatangan gue itu masing masing-gue beli buku 2, jadi total 4 buku yang gue beli.

Dari keempat buku, dua diantaranya adalah buku dari penulis luar yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yang salah satunya adalah karya Lee Child berjudul Killing Floor.  Di sampul buku ini ada tulisan "Memperkenalkan Jack Reacher".  Pas belinya dulu gue mikir, ini maksudnya Jack Reacher yang di film itu?  Yang pemerannya Tom Cruise?

Sebenarnya waktu itu ada dua buku karya Lee Child yang dijual di sana.  Keduanya dijual dengan harga Rp 20.000.  Tapi karena gue sedikit trauma dengan buku yang dijual murah di book fair gini, terutama buku hasil terjemahan, gue memutuskan  untuk membeli satu buku saja, buku yang pertama dari serial Jack Reacher yaitu Killing Floor.  Dan setelah membaca hanya 4 bab, gue menyesal kenapa dulu ga sekalian beli dua-duanya!  Ceritanya beneran seru! Dan penerjemahannya juga enak dibaca.  Ketika gue search di toko buku online, udah jarang toko buku online yang jual.  Ada yang jual harganya mahal.  Killing Floor dijual sekitar 45 ribu rupiah lebih.   Bahkan buku terbaru dari seri Jack Reacher yang terbit tahun 2015 kemarin harganya 85an.  Coba seandainya kalo dulu gue beli dua buku, kan lumayan banget bisa ngirit.  Tapi ya gitu, penyesalan memang selalu datang belakangan.