Ngucapin Selamat Natal

Note #3

Lagi, gue nulis tulisan ini engga di malam minggu. Kemarin terlalu asyik ngobrol sama si Alam sampai males buka laptop.  Sebenernya kemarin udah bikin konsep tulisan juga sih di kertas.  Temanya tentang "Teman".  Tapi setelah dipikir-pikir tulisannya terlalu frontal.  Bisa bahaya kalo ada yang baca terus merasa tersindir. Ya sudah akhirnya gue memutuskan nulis yang ringan-ringan aja.

Tentang umat Islam yang ngucapin "selamat natal" kepada kaum kristian, gue bukan orang yang mau ambil pusing tentang masalah ini.  Gue muslim dan ada hadis yang menyebutkan "Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka." (HR. Abu Dawud, Al-Libas, 3512. Al-Albany berkata dalam Shahih Abu Dawud, Hasan Shahih no. 3401).  Mungkin benar bahwa dengan kita memberi selamat kepada mereka, kita sudah melenceng dari akidah yang kita anut.  Tapi seperti yang gue katakan di awal tadi, gue bukan orang yang mau ambil pusing.  Secara pribadi gue enggak mengucapkan selamat kepada mereka.  Masalah orang lain mau ngucapin selamat atau enggak, itu bukan lagi urusan gue.  Kalau sudah menyangkut akidah, gue merasa belum memiliki kapasitas untuk memperbaiki akidah umat.

Lalu bagaimana dengan hadis yang menyebutkan bahwa "Sampaikanlah walau satu ayat"? dan ayat Al-Qur'an  yang menyuruh kita saling menasihati dalam kebenaran dan taqwa?.  Jujur saja kalau ditodong dengan pertanyaan itu, gue juga ga bisa jawab, dan ga bisa jelasin apa apa.  Mungkin yang gue bisa katakan adalah gue masih harus banyak belajar tentang dua dalil tersebut.

Base Jam Reunion

Note #2

Jujur aja, gue nulis tulisan ini hari Selasa di Perpus.  Ya.... Sangat tidak sesuai dengan konsep awal tema "Saturday Note" yang baru gue bikin.  Kalo harus ngasih excuse sih, malam minggu kemari gue ada acara.  Meski jomblo, ga setiap malem minggu nganggur juga kan?.  Kemarin gue habis jalan jalan ke Curug Bidadari.  Sesuai namanya, curugnya memang kereeen abis.  Cantik kayak bidadari.  Cuman ya itu, dari perjalanannya aja "keikhlasan" kita udah diuji.

Lupakan soal Curug Bidadari.  hari ini gue pengen ngebahas antusiasme gue sama Band 90an yang baru aja reunian:  Base Jam.  Pas awak konekin internet tadi dan buka youtube, gue sempet bingung mau donlod apa.  Lalu tiba-tiba aja ngerasa kangen sama lagu-lagu jadul.  Searching lah grup Base Jam. Lalu kebetulan gue dapet link tentang Base Jam Reunion.  Mereka mau reuni lagi?  Dan ternyata benar.  mereka ngumpul lagi. Malah udah ngeluarin album baru awal tahun ini.  Kabar baiknya, Base Jam memakai format awal dengan anggota yang sama dengan pas band ini kebentuk.  Cuman ada sedikit perbedaan sama yang maen gitar.  Ada satu orang yang ga iktu gabung.  Terus ada satu orang masuk yang jadi vokalis ketiga.  Entah memang vokalis ketiga atau vokalis yang gantiin Sigit. Gue lagi males nyari info lebih lanjutnya.

Kehadiran Base Jam sedikit mengobati kerinduan gue akan lagu-lagu keren ala 90an.  Dulu selain Base Jam gue juga suka Wayang.  Cuman sampai saat ini belum ada kabar-kabar wayang bakal reuni lagi kayak Base Jam.  Mudah mudahan aja wayang juga ngikutin.  terus mudah mudahan Base Jam tetep bawain lagu khas mereka sama kayak dulu, enggak terpengaruh dengan musik-musik pop jaman sekarang.

Saturday Note



Tiba tiba kepikiran bikin tulisan random lagi kayak dulu.  Kalo dulu pernah bikin 30 hari menulis random, sekarang cukup seminggu sekali aja tiap malem minggu.  Judulnya Saturday Note, plesetan dari Saturday Night alias malem mingguan.  Yah... beginilah risiko hidup sebagai jomblo.  Malam minggu seringnya di depan laptop.  Kalo ga nonton ya ngegame.  Produktif dikit paling bikin tulisan.  Itu pun tulisan random yang seringnya ga tentu arah.  macam tulisan ini.  Gapapa lah daripada nonton Yumi Kazama.

 Baiklah... here we go


Note #1

Semenjak masuk bangku kuliah, rasanya ada semacam lag bahasa dalam percakapan pria dan wanita.  Pas SMA udah biasa rasanya saya ngobrol sama teman kelas yang wanita memakai bahasa aku-kamu.  Tidak ada masalah.  tidak terasa gimanaaaa gitu.  Pas kuliah, aku-kamu jadi terkesan ada modus modusnya.  Saya lebih nyaman bercakap-cakap dengan wanita terutama yang baru kenal dan belum begitu akrab memakai bahasa aku-kamu.  Ada kesan welcome  tapi tetap menjaga jarak.  Beda dengan gue-elo.  Gue-elo itu kesannya malah so’ akrab.  baru juga ketemu beberapa kali udah gue-elu an.  Kalau saya-anda terasa terlalu formal.  Masa sama teman seumuran nyebutnya anda.  Itu malah nyiptain jarak malah.  Ana-antum ?  no komen deh sama yang ini mah. hahaha.
Demi kasih tak sampai
Demi pertanyaan yang tak terjawab
Demi cinta bertepuk sebelah tangan
Demi pengorbanan yang terabaikan
Demi
"Guys get each other without words. With girl, annoyingly, you need to tell 'em.  Fools. Actions are harder than words."


Yeonae Malgo Gyeolhon, TV Series 2014

Edisi Rindu

Curhat Edisi keempat
Kehilangan orang yang kita sayangi (dalam arti luas) itu seperti kehilangan sebagian dari diri kita sendiri.  Terdengar berlebihan mungkin, tapi orang yang pernah mengalaminya pasti mengerti.  Seperti apapun cara kita kehilangan, entah baik baik atau tidak, entah melalui pertengkaran atau tidak, pasti suatu saat ada momen di mana kita merindukan orang yang dulu pernah menghiasi kehidupan kita itu.

Malam ini, ketika iseng-iseng buka buku catatan lama, tanpa sengaja aku menemukan sebuah foto terselip di halaman yang masih kosong.  Foto itu adalah foto seseorang yang dulu begitu dekat denganku (Re: bukan pacar).  Foto masa kecilnya.  Foto yang entah bagaimana bisa berada di buku yang aku sendiri merahasiakan keberadaannya.  Sudah barang tentu aku yang menyelipkan di foto itu, tapi  kapan dan di mana aku sendiri lupa.  Bahkan cara mendapatkan foto itu juga aku tidak ingat sama sekali.  Jangan-jangan aku mencuri dari dompetnya ketika dia lengah? Entahlah, sepertinya aku memang sempat amnesia.

Perlahan, rasa rindu itu pun merembes menyelusup ke hati.  Dibarengi rasa penyesalan yang dalam mengapa (perpisahan) ini sampai terjadi, mengapa di antara kita pernah ada pertengkaran yang sampai menyebabkan kita saling menjauh pergi.  Aku laki-laki.  Harusnya dulu aku bisa menurunkan egoku.   Harusnya memang aku yang mengalah. Mungkin dengan begitu hubungan kita akan baik-baik saja.  Ah... penyesalan memang selalu datang terlambat.




-v-

Amnesia

Di umurku yang sudah menginjak 20 lebih ini, jujur saja aku masih belum menemukan jawaban dari pertanyaan: Siapa aku yang sebenarnya?  Apa yang harus aku lakukan dan apa yang tidak boleh aku lakukan?  Bagaimana seharusnya aku bersikap?

Rutinitas ternyata telah membunuh sendi-sendi otakku untuk bertingkah layaknya manusia. Bangun pagi seperti biasa, menjalani hari demi hari seperti biasa,  sampai tidur seperti biasa.  Semua berjalan sesuai dengan kebiasaan.  Jika terus begini, apa bedanya aku dengan robot yang telah diprogram untuk melakukan sesuatu?

Rasanya, aku telah kehilangan sesuatu yang membuatku benar-benar hidup.  Atau jangan jangan aku memang tidak pernah memilikinya.  Sering aku menelusik melihat ke dalam hatiku sendiri, dan akhirnya yang kutemukan hanyalah kekosongan--seperti biasa.

Bila dibilang depresi, rasanya tidak.  Dibilang tidak bahagia juga tidak.  Aku masih bisa tertawa di tengah hidupku yang biasa-biasa itu.  Hanya saja, hanya saja sering muncul perasaan yang aku sendiri tidak tahu itu perasaan apa.   Kosong.


Journey to Happiness

Journey to Happiness
Day 0

Pertanyaan yang mungkin pernah  dimiliki setiap manusia yang hidup di dunia ini adalah "Apa sih yang kita cari di dunia ini?" what's live for? Apa hidup ini hanya untuk menunggu mati?  Ada yang beranggapan bahwa pencapaian tertinggi bagi dirinya adalah ketika dia berhasil menjadi orang kaya dengan memiliki rumah mewah, mobil mentereng, dan uang berhamburan.  Ada yang menganggap pencapaian tertinggi bagi dirinya adalah ketika dia berhasil memiliki kedudukan di masyarakat, dengan menjadi pejabat misalnya, atau orang yang disegani dan dihormati oleh orang-orang.  Ada pula yang menganggap perncapaian tertinggi bagi dirinya adalah ketika dia sudah bermanfaat bagi banyak orang.  Tidak ada yang salah memang, tergantung dari sudut pandang mana kita melihat.

Tadabbur

Terkadang lucu rasanya ketika kita merenungkan sesuatu kemudian kita mendapati bahwa apa yang kita alami akhir akhir ini mirip dengan apa yang pernah kita lakukan pada orang lain dulu. Hal-hal yang pernah kita lakukan pada orang lain kembali lagi pada diri kita sendiri. Akhirnya menyimpulkan sendiri "oh gini yah rasanya 'digituin' sama orang lain."

Petang tadi aku berkumpul dengan teman teman sekaligus makan malam. Namanya perkumpulan pasti ada hal yang kita obrolkan. Dan diantara obrolan itu ada obrolan teman lain yang aku kurang paham. Mereka asik sendiri dengan topik obrolan mereka sementara aku dibiarkan menumpuk pertanyaan dan deduksi di kepalaku sendiri tentang apa yang mereka bicarakan. Ohh... gini ya rasanya...

Dan sekarang sebelum tidur aku mengingat ingat kejadian tadi, mirip dengan apa yang dulu pernah kulakukan. Di tengah perkumpulan aku asyik membicarakan suatu topik dengan salah satu teman dan mengabaikan kehadiran teman lainnya, mengabaikan perasaan mereka.

Aku sebenarnya anti mencampuri urusan orang lain, kecuali jika mereka melibatkanku dalam urusan mereka.  Saking anti-nya, aku bisa bersikap benar-benar tidak perduli. Istilahnya jika seseorang membuatku tidak peduli, maka ketika orang tersebut meregang nyawa sekalipun, aku bisa benar benar akan mengabaikannya. Ini hanya masalah respon saja, bagaimana seseorang menghargai keberadaanku atau tidak.

Mimpi

Setahun lebih gak ketemu ternyata masih bisa mimpi tentang dia.  Meski mimpinya absurd dan bukan tentang cinta, tetap saja menyenangkan.  Mimpi tentang dia memang tidak pernah tidak menyenangkan.

Di mimpi itu kita lagi jalan jalan ke sebuah desa kecil bersama teman-teman yang lain. Absurdnya mimpi itu, kita semua diajarin cara sholat.  Anehnya dalam sholat itu ada adegan istirahatnya sebelum rukuk.  Dalam istirahat itu imam memberi nasehat, percis ketika pembina upacara memberi amanat dalam upacara bendera di sekolah hari Senin.  Dan yang gak kalah absurdnya lagi,  di mimpi itu ada Paramore manggung di pedesaan gitu, mirip acara dangdut di nikahan-nikahan di kampung.

Di mimpi itu aku masih suka nyuri-nyuri pandang ke arah dia, merasakan sesuatu yang aneh ketika melihat dia tertawa lepas, mirip di adegan nyatanya. Cara dia tertawa pun benar-benar mirip dengan aslinya, matanya sipit hampir ketutup ketika dia tertawa.

Adegan terakhir di mimpi itu adalah kita semua sedang pergi ke suatu tempat dan di tengah jalan kehujanan.  Kita berteduh di teras sebuah bangunan.  Karena kelaparan kita pergi menerobos hujan ke suatu warung .  Di warung itu aku membeli roti lapis warna hijau yang waktu kecil dulu sering aku makan. Ketika makan roti itu tanpa sadar dia sudah berada tepat di belakang tubuhku sambil tertawa. entah apa yang membuat dia tertawa.  Habis itu aku bangun.

Orang bilang mimpi hanyalah bungan tidur.  Mungkin memang benar adanya.  Kita tidak bisa memilih untuk bermimpi apa malam ini.  Tapi aku pikir, mimpi juga dipengaruhi keadaan alam bawah sadar kita. Buktinya, kita sering mendapati orang yang kita kenal berada di dalam mimpi kita. Mungkin ketika kita memimpikan seseorang, sebelum itu secara tidak sadar di alam bawah sadar kita menyelinap pikiran tentang orang itu.  Entahlah.








M17



Sampai Di Sini

7
Terima kasih. Bila hidupku adalah pelangi, kamu adalah salah satu warna penyusunnya. Maka layaknya pelangi, dan semua benda di bumi ini, ada akhirnya.  Kamu tidak selamanya harus tinggal di sini

6
Setiap pertemuan pasti ada perpisahan.  Maka jauh jauh hari aku sudah mengucapkan selamat tinggal sebelum kamu benar-benar pergi.  Bukan untuk menyuruhmu cepat pergi, melainkan agar aku siap jika suatu hari kamu tanpa pamit pergi.

5
Telah kubayar tuntas segala utangku, kecuali satu janji yang belum bisa aku tepati.  Ketika aku harus melangkah pergi, tak ada hal apapun yang membuat langkahku harus terhenti.

4
Kehidupan adalah suatu pengembaraan, berjalan dari satu persimpangan ke persimpangan lainnya.  Kebetulan bertemu denganmu di salah satu persimpangan adalah sesuatu yang menyenangkan. Sayang arah kita ternyata berlainan.  Kaki kita tak bisa lagi sejajar dalam mencapai tujuan.

3
Ketika buku tentangmu harus kututup, maka tak kan lagi ada lembar cerita tentang dirimu.  Semua  menyaru sebuah kenangan yang hanya bisa diputar di memori kepala kita.  Tak kan lagi ada tentang kisah aku dan dirimu yang kutulis, kecuali ketika aku benar-benar sedang merindukanmu.

2
Biarkan semua tangisan tumpah malam ini juga.  Aku ingin ketika pagi menjelang, senyum hangat mentari dapat kubalas dengan suka cita.  Hari baru harus dirayakan dengan senyuman, bukan ratapan tentang kenangan dan masa lalu, benar?

1
There's always gonna be another mountain, I'm always gonna wanna make it move, always gonna be a uphill battle, sometimes I'm gonna have to lose.  Ain't about how fast I get there, ain't about what's waiting on the other side, it's the climb.



***

Stay strong, keep moving, can't let the darkness blind us
Carry on, we'll be the ones that pull the stars down to us


 Keep on moving, keep climbing
Keep the faith, baby
It's all about, it's all about the climb
Keep the faith, keep your faith


Pergi: Sebuah Ironi Penyendiri

PERGI!
Sebuah Ironi Penyendiri

Kita terlahir seorang diri, meninggal dan diam dalam kubur seorang diri. Maka kenapa kita tidak bisa hidup seorang diri pula?

Untuk apa mempertahankan orang yang tidak ingin dipertahankan? Untuk apa memaksa tinggal orang yang ingin pergi?  Ketika kalian sudah tidak betah lagi di sini, silakan saja pergi.  Pintu selalu terbuka lebar untuk orang yang ingin pergi.


***
Kebohongan paling besar yang selalu dikatakan oleh seorang penyediri adalah :  Pergi! Aku ingin sendiri.

Bahagia Sekarang

Aktif di media sosial ternyata membuat bahagia semakin susah saja.  Melihat status teman yang sudah bekerja di perusahaan ini, perusahaan itu, sedang saya masih berkutat dengan yang namanya tugas akhir.  Melihat teman lain yang habis servis mobil pribadinya, dari mulai ganti oli sampe ganti sparepart semua di list dalam sebuah postingan, sedang yang saya punya hanyalah motor tua, itu pun hasil pinjam dari paman.  Melihat teman lainnya lagi yang berfoto jalan ke sini jalan ke sana, sedang saya terkurung dalam kamar 2x3 meter.  Melihat teman lainnya lagi yang memposting foto berbagai makanan (yang sepertinya) enak (juga mahal) sedang saya setiap haris hanya sarapan nasi goreng telur dan makan malam dengan telur dadar.

Bahagia sekarang susah yah...

Fabiayyi aalaa i rabbikumaa tukadzibaan
(Maka nik'mat yang mana lagi dari Tuhanmu yang kamu dustakan?)

Kalau tidak pernah baca ayat ini, mungkin saya sudah gila.

You and Me Forever

You and Me Forever
You and Me  o  ver

Cinta

Berhenti bicara tentang semiotika!
Aku jengah kau ulangi tiap kata dengan nada sama,
Menganggap cinta sebatas lelucon belaka
Hubungan aku-kamu dan dirinya.

Berhenti bicara soal cinta
Apa yang kau tahu tak lebih dari sekedar kata
Ini cinta, kau tak bisa jelaskan hanya dengan rima
Ini cinta, kau tak bisa jelaskan dengan bait kata bermakna

Putus

"Kayaknya aku bakal putus,"  katamu mebuka percakapan.

"Kapan?" jawabku. 

Kamu lama tidak membalas.  Mungkin terkejut dengan tanggapan yang aku lontarkan.

"Ga salah kan aku nanya kapan?" susulku, takut semua menjadi runyam kembali.

Kamu tidak menjawab lagi.

***


Menulis

Malam ini saya senyum-senyum sendiri membaca tiap komentar yang diberikan pada sebuah  tulisan saya. Ternyata menulis, mengeluarkan semua gagasan di dalam pikiran menjadi sebuah tulisan, tidak semudah yang selama ini saya pikirkan. Selama ini saya berpikir dengan menulis, orang yang membaca akan begitu saja mengerti maksud yang saya tuju. Saya belum bisa memposisikan diri sebagai penulis sekaligus pembaca yang memiliki berbagai pemahaman di kepalanya.

Menulis ternyata tidak mudah.  Salah-salah memilih diksi, salah-salah menyusun kalimat, maksud dari tulisan yang kita tulis bisa menjadi kabur maknanya. Ibaratnya kita sedang menggambarkan sebuah gayung, kita mendeskripsikan sesuai dengan pandangan kita bahwa bentuk gayung itu demikian. Kita mengira gayung adalah sesuatu yang tidak asing lagi sehingga apa yang kita gambarkan  akan dengan mudahnya dipahami.Saya lupa mengatakan ukuran volume gayung rata-rata demikian.  Akhirnya, pembaca malah mengira saya sedang menggambarkan sebuah cangkir.

Sayangnya, saya adalah orang yang lebih senang membiarkan begitu saja kesalahpahaman yang sudah terlanjur ada dibanding harus berkoar-koar memberi penjelasan lanjutan.  Bila orang terlanjur mengira yang saya gambarkan adalah sebuah cangkir, maka biarlah mereka tetap mengira itu cangkir. Akan sulit mengubah pikiran yang "bebal" (terlanjur tertanam dalam dalam).


Maka bijaklah orang yang berkata "Ketika kita belajar, tempatkanlah diri kita sebagai orang yang tidak tahu, kemudian ingin mencari tahu.  Dengan demikian, semua ilmu yang kita pelajari tidak akan mental karena ketinggian hati kita sendiri"


Salam
tsy

Sonyuhshidae

Kemarin-kemarin saya mencibir teman sekelas yang fanatik dengan salah satu girl band lokal.  Hari ini, saya membaptis diri saya sendiri sebagai fans SNSD. hahahahahah....

Anggap paragraf di atas ga pernah kalian baca!

Sebagai laki-laki normal, siapa sih yang hormon oxytocin nya ga keluar pas melihat wanita cantik? (yang punya pikiran jorok harus belajar lagi tentang fisiologi).  Ya.  ketika melihat wanita cantik, ada kecenderungan pada diri laki-laki untuk merasa tertarik, lalu kemudian menyukainya. Ini sesuatu yang alami kawan, selama perasaan itu masih bisa dikendalikan.  Hal ini yang menjadikan seorang istri menjadi indah di mata suaminya.  Coba bayangkan kalau Tuhan tidak menciptakan manusia seperti itu, mungkin tidak akan muncul rasa tentram di dalam sebuah hubungan suami istri.

Kembali ke masalah SNSD.  Pada dasarnya saya bukanlah pecinta girlband, termasuk yang berasal dari  korea. Saya adalah pecinta musik.  Lagu Gee sudah lama nangkring di salah satu folder di laptop saya tanpa adanya lagu lain dari SNSD.  Ada banyak sebenarnya lagu dari SNSD yang enak didengar misalnya Tell me your Wish, Ohh, Run Devil Run, dan yang lainnya. Hanya saja lagu lain selain Gee hanya enak didengar beberapa kali, sesudahnya saya akan bosan.  Sedang lagu Gee enak didengar kapan saja.

Saya mulai senang melihat SNSD ketika teman kost (sebut saja namanya Alam) dengan rajinnya mendownload film Love Rain.  Awalnya saya mencibirnya juga.  Lalu setelah nonton satu episode, saya ketagihan. "Keren yah aktingnya Yoona?".  Dari sana saya mulai menyukai Yoona dan banyak stalking tentang dia.  Lalu saya membaca bahwa Yoona juga main di Prime Minister and I.  untuk series ini saya mendownloadnya sendiri.  Sekali lagi saya memuji (kecantikan)  aktinngnya Yoona.  Baiklah  saya suka Yoona.

Lalu ada lagi teman (sebut saja namanya Zulva) yang mengenalkan saya pada sebuah acara bernama We Got Married. Awalnya saya malas untuk mencari tahu acara ini.  tapi suatu ketika di perpustakaan, saya bingung mau cari apa lagi.  Akhirnya buka youtube dan searching tentang WGM.  "Ini acara apaaa?" Waktu itu saya menemukan bahwa salah satu personel SNSD, Seohyun ikut acara ini. Saya mendownload satu paket episode 1-5 dan menunjukkannya pada si Alam.  Dia suka.  Demi dia saya pun mendownload seluruh episodenya. Sebenarnya tidak ada minat untuk menonton acara ini.   Lalu Si Alam berkata, "ending acara ini sedih," katanya. Otomatis saya pun penasaran.  Saya tonton sampai habis.  Kesan yang saya dapat dari acara ini adalah Seohyun juga cantik yah ternyata.. hahahahaahah (*evilsmile)

Saya sempat lupa pada SNSD. Suatu ketika tanpa sengaja saya menemukan lagu baru mereka yang berjudul Divine di youtube. Lagu berbahasa Jepang tersebut sukses membuat saraf di otak saya terganggu. Gila, lagunya keren.  Dan yang paling penting, di lagu ini banyak part yang dinyanyikan secara solo. Entah itu diedit atau engga, harus diakui bahwa semua personel grup ini bisa nyanyi.  Mungkin saya memang sudah gila.  Sejak melihat video klip lagu ini saya banyak searching tentang SNSD.  Dan semakin sering saya melihat mereka, mereka jadi semakin cantik saja. Hahahah.

Udah itu aja.


PS:  yang udah terlanjur baca tulisan ini, anggap saja kalian tidak pernah membancanya.  Anggap kalian sedang berhayal atau bermimpi membuka sebuah blog yang isinya seperti di atas. Tolong. Demi nama baik admin blog ini.

Instagram dan Following Back-nya

Alasan utama saya tidak membuat instagram dari dulu selain memori hp yang tidak memadai,adalah sistem pertemanan Instagram yang “following-follow back”. Ada rasa “takut” dalam diri saya jika saya membuat akun instagram, tidak akan ada follower-nya.

Ini mungkin terdengar sepele. Tapi bagi saya ini sangat serius. Ngefollow seseorang terus dia engga ngefolback itu rasanya ga jauh beda dari kita ngajak salaman, tapi yang kita ajak menolaknya. Serasa diludahi, meski ga nyampe di muka.

Lalu kenapa sekarang malah bikin akun instagram? Mungkin saya sudah bisa sedikit memahami bahwa mengikuti atau tidak mengikuti (akun) seseorang adalah pilihan.  Bila kita diludahi, kita tinggal ludahi balik.  hahahahah….Bercanda. Yang penting kan kita sudah berusaha menyambung silaturrahmi.  Orang lain tidak ingin bersilaturrahmi bukan lagi menjadi urusan kita.

In Other Words

Pertama mendengar lagu Fly Me To The Moon (In Other Words) karya Bart Howard yang dinyanyikan oleh  Frank Sinatra, yang pertama muncul di otak saya adalah "Unik yah lagu jaman dulu?" sambil senyum senyum ga jelas.  Saya sendiri bingung itu senyuman apa, entah senyuman mengejek atau memuji.  Kemudian yang saya lakukan adalah terus memutar ulang lagu tersebut.  Yeah, I got something.

Kamu Datang Lalu Pergi

Saya benci dengan orang yang ketika ada perlu dia baik baikin kita, ngechat kita di medsos padahal sehari harinya juga gak pernah muncul. Sekedar say hay atau sesimpel simpelnya ngirim stiker di line atau balas salam pun ga pernah. Silent reader doang. Rasanya pengen muncul di depan mukanya dengan tiba tiba lalu bilang "kemana aja lu selama ini? Giliran ada perlu aja muncul!"

Sama halnya dengan orang yang jarang muncul di komunitas, ga pernah kumpul saat ada acara, eh giliran dia ikut event tertentu yang ngebutuhin dukungan, sahre nya bejibun numpuk. Lu masih nganggep diri lu anggota enggak? Punya malu dikit mah!  

Maaf barangkali ada yang baca tulisan saya ini lalu kemudian merasa tersindir, silakan mau benci saya juga enggak apa apa. Saya mah sudah biasa dibenci orang. Cuma kamu juga harus belajar, belajar inget dari mana kamu berasal. Coba pikir. Kan setiap ucapan yang baik harus didengar meski berasal dari bajingan sekalipun.

Salam
tsy

Kamar Kosong

Hal yang paling disukai oleh penyendiri adalah sepi.  Hal yang paling ditakuti oleh penyendiri adalah kesepian.

***

Malam ini, pukul 8:36 malam.
Telfon genggam berkali-kali berbunyi dengan pesan-pesan yang saling menyahut dari sebuah grup media sosial. Mata saya terfokus pada layar monitor selebar 16 inc, sedang pikiran tetap saja liar, berlabuh dari satu perkara ke perkara lain.  Kosong.  Tetap saja kosong. Saya mencari sesuatu hal yang saya pun tak tahu apa yang saya cari.  Semuanya kosong.  Semakin dalam saya menggali, semakin jauh rasanya "sesuatu" itu tertanam di dalam sana.  Palsu.  Serupa bualan yang sehari  hari kita lontarkan untuk mewarnai lukisan gambar kita sendiri. Saya muak dengan berbagai kebohongan.  Saya muak dengan berbagai kepalsuan yang saban hari masuk telinga dan mata.

Biarkan saya berkata jujur malam ini!Meneriakkan caci maki dan umpatan tentang kehidupan, bagaimana hidup ini tak selalu terasa manis dan menyenangkan.  Bahwa ada kalanya senda gurau hanya sebuah topeng untuk menutupi tangisan dan air mata.  Bahwa senda gurau hanyalah analgesik yang membuai memanjakan rasa,  sedang ketika pulang yang kutemui adalah kamar kosong ini lagi!
 

Sindiran dan Sarkasme

Satu hal yang membuat aku malas untuk mengungkapkan isi hati dan pikiran menjadi sebuah tulisan, atau hanya sebuah status media sosial, adalah sindiran dan sarkasme bahkan gunjingan yang sering orang lakukan di belakang.  Aku akui ketika mendapat hal semacam itu aku selalu down dan sakit hati. Pertahananku belum cukup kuat untuk menerima hal-hal seperti itu.  Sialnya, ucapan yang sampai di telingaku selalu berupa perkataan matang hasil penarikan kesimpulan atas semua gunjingan di belakang; serupa label penggalau dan sejenisnya.

Perpisahan (3)

Setelah hari ini, puisiku akan melulu tentang kesedihan dan tangisan, yang mengguyur serupa rintik Hujan Bulan Juni. Tanah yang gembur kan banjir sedang tanah yang tandus kian kering.

Tentang Hari Ulang Tahunmu


Falling Slowly - Glen Hansard & Marketa Irglova

Menurut gue, musik yang benar-benar bagus adalah musik yang memiliki jiwa.   Musik yang benar-benar bagus adalah musik yang langsung nyentuh hati, membuat orang yang mendengarnya merasakan emosi yang dibawa si lagu.  Lagu Falling Slowly yang dinyanyikan pasangan Glen Hansard-Marketa Irglova adalah salah satu lagu yang menurut gue masuk kategori ini.  Pasangan dari Ireland ini sukses menaruh jiwa dalam setiap baris lirik yang dinyanyikannya. Keren. 
***

I don't know you
But I want you
All the more for that
 
Words fall through me
And always fool me
And I can't react
 
And games that never amount
To more than they're meant
Will play themselves out

Take this sinking boat and point it home
We've still got time

Raise your hopeful voice you have a choice
You'll make it now

Falling slowly, 
eyes that know me
And I can't go back
 
Moods that take me 
and erase me
And I'm painted black
 
You have suffered enough
And warred with yourself
It's time that you won

Take this sinking boat and point it home
We've still got time
 
Raise your hopeful voice you have a choice
You'll make it now

Falling slowly sing your melody
I'll sing along

***


Welcome to (not) Indonesia


Jujur saja ada rasa sedih melihat gambar ini.  Gambar ini seakan mengatakan bahwa “Pelanggaran hukum sudah biasa terjadi di Indonesia.” Lagi lagi kita menyalahkan Indonesia, lagi lagi kita menganggap negara kita sendiri sebagai negara tak beradab dan tak berperaturan.  Kita seolah mengenalkan pada dunia bahwa inilah wajah asli Indonesia.  Kita gagal melihat bahwa Bapak Bersepeda yang mengingatkan para polisi dan pengendara motor besar itu pun adalah orang Indonesia. Berhentilah menyalahkan Indonesia. Bukan Indonesia-nya yang salah, tapi para pendirinya seperti penegak hukum, pemerintah, bahkan termasuk diri kita sendirilah yang salah.

Sadar atau tidak, kita terlanjur pasrah dengan keadaan negara kita yang seperti ini. Kita terlanjur menerima apa yang terjadi sebagai wajah asli Indonesia.  Sebagian dari kita (termasuk saya) bisanya hanya “ngedumel” di belakang bila ada ketidak nyamanan atas negara ini tanpa sedikitpun melakukan perubahan.

Saya sendiri memang pernah, bahkan sering menyaksikan ulah “oknum” polisi yang dengan sengaja melanggar peraturan.   Saya pun pernah merasakan bagaimana komplotan bermotor gede dengan semena-mena menguasai jalan raya seolah jalan itu dibuat untuk mereka.  Tapi toh masalah tidak akan selesai dengan hanya menyalahkan mereka.  Masalah tidak akan selesai dengan hanya berkata “Inilah Indonesia” tanpa ada upaya untuk merubahnya. Justru kita seharusnya berkata “Ini bukan Indonesia!” Harus ada upaya untuk melakukan perubahan, misalnya ya dengan mengingatkan mereka seperti yang Bapak Pengendara sepeda itu lakukan.

 Akhirnya, saya jadi teringat salah satu lagu Pandji Pragiwaksono yang berjudul Tangan Kotor yang liriknya berbunyi seperti ini:

Alunanku pelan agar kau pahami
Alunanku pelan agar kau pahami
Ku ulangi tadi agar kau mengerti
Ada yang lebih penting dari pamer teknik


Diam salah, Bicara salah
Kau pro kemajuan tapi tak mau tanganmu kotor
Perubahan apa yang kau harap dari hanya mencela
Ku serba salah


Dari luar kita sering menilai
Jelek di cerca, bagus tak jadi bahan cerita
Entah apa tolok ukur akan kesuksesan negara


Kau meradang di matamu
kemiskinan buat Indonesia terbelakang
Kau sendiri tak pernah lakukan apapun
tuk hapus angka kemiskinan, kau curang, kawan


Gulung lengan baju
Tangan kotor, tubuh berpeluh
Kalau nggak kotor, nggak belajar, nggak maju
Bangun negara dari bawah dulu


Lihat Ibumu, walau ada pembantu
tetap beres beres rumah, tetap mau nyapu
Rasa memiliki membedakannya dan kamu
rumah itu miliknya, bukan milik pembantu


Kini lihat keluar, lihat potret bangsamu
GodBless bilang ini rumah kita ingatkah lagu itu
Kalau negara berantakan di matamu
Apa kau yang bereskan atau main suruh


Rasa memiliki Indonesia
Penting untuk tahu kesehatan bangsa
Rakyat merasa lebih tau dari pemerintah
Pemerintah diam-diam menyimpan agenda


Hubungan yang didasari rasa curiga
Hadirkan keraguan dan tak percaya
Kalau kita takut-takut di perempatan
Mobil gak jalan-jalan, kapan sampai tujuan


loe gak berhak mengeluh indonesia adalah negara yang miskin
kalo loe gak pernah melakukan apapun untuk menghapus angka kemiskinan
loe gak berhak mengeluh indonesia adalah negara yang terbelakang
kalo loe gak pernah memajukan indonesia


Seperti Aa Gym bilang, untuk melakukan perubahan, lakukanlah dengan 3M: Mulai dari hal yang kecil, Mulai dari sekarang, dan Mulai dari diri sendiri.

Selamat Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke 70
Merdekalah negaraku, Merdekalah Indonesiaku!

Taofik Sy.
Bogor 16 Agustus 2015

Gambar diambil dari sini

Pada Harinya Nanti

Pada harinya nanti, entah tepat setelah detik pertama pergantian hari, atau pagi pagi ketika tetes embun terakhir menitik, atau mentari terlanjur naik, pintu kamarmu akan diketuk, lalu namamu dipanggil lirih. Kamu keluar, diikuti teriakan bernada gembira, “Selamat ulang tahun!” Katanya keras. Kemudian kamu menutup mulut dengan kedua tanganmu, entah benar terkejut atau hanya pura pura. Senyummu mengembang diikuti desir darah hangat yang mengalir dari ubun ubun menuju hati, membuat jantungmu berdegup lebih cepat dua kali.

Pulangnya Sang Salmon

Sejauh apapun, selama apapun salmon mengembara di lautan luas, pulang jua ia pada sungai tempat dia dilahirkan.”
***

To Be Unconcerned Not To Be Unconcerned

Ada fase dalam hidupku dimana aku benar benar tidak mau peduli dengan orang lain, entah itu perasaannya, keadaannya, dan segala hal yang menyangkut dirinya.  Ada fase dalam hidupku dimana aku menganggap orang-orang di sekelilingku adalah palsu, baik tindakan atau ucapannya.  Ada fase dalam hidupku di mana aku menyelimuti diriku sendiri dengan kain plastik tebal hingga apapun yang orang lain perbuat padaku, semuanya mental.

Lampu yang Tidak Bersinar

Ketika SMA saya mengikuti ekstrakurikuler bernama Hikmatul Iman.  Stop! Tunggu dulu! Jika yang anda pikir tentang ekskul saya itu semacan pengajian di masjid, belajar ceramah atau khotbah, ngaji ngaji kitab kuning semacam rohis, anda salah besar.  Di Hikmatul Iman saya belajar ilmu beladiri yang terdiri dari ilmu fisik (ilmu silat) dan ilmu metafisik (ilmu kebatinan).  Jangan salah lagi, yang saya maksud ilmu kebatinan bukanlah ilmu tentang guna guna, sihir, santet dan sebagainya yang menggunakan bantuan jin atau mantra mantra.  Ilmu kebatinan yang ada di Hikmatul Iman adalah Ilmu yang terkandung di alam, bahwa alam memiliki energi yang besar yang bisa kita serap untuk mengoptimalkan kerja tubuh kita.

Guru saya adalah orang yang banyak bicara. Dia sangat suka memberikan “ceramah” ketika latihan telah usai.  Guru saya bukanlah seorang kyai.  Dia bahkan jauh dari kesan tersebut.  Rambutnya gondrong acak acakan, tampilannya slengean, cara bicaranya pun tidak halus seperti ustad ustad yang sedang ceramah di pengajian. Tapi harus diakui, saya mendapat banyak pelajaran tentang hidup dari dia.

Salah satu isi “ceramah” yang saya ingat adalah puasa itu merupakan ajang penggemblengan diri, bukan untuk bermalas malasan.  Kita dianjurkan beritikaf di masjid, tapi percuma saja kalau di masjid kita hanya tidur.   Tidak ada berkahnya.  Kita itikaf di masjid, dzikir, ngaji Qur’an siang malam, tapi urusan dunia kita abaikan, itu juga hampa.  Jangan cari aman! begitulah kira kira yang dia sampaikan.

Ibu Rumah Tangga




Suatu hari aku mengobrol dengan salah satu teman wanita.  Dia berkata bahwa dia bukanlah orang yang work oriented.  Setelah lulus nanti dia malah lebih ingin menjadi ibu rumah tangga dibanding bekerja. Ini menarik, pikirku dalam hati.  Tapi sayang waktu itu kami sedang berada di atas motor sehingga aku tidak memiliki kesempatan membahasnya lebih dalam.

SNSD


Ya Allah, meski mereka (katanya) pada operasi plastik, tapi mereka emang cantik.

Divine

Kuhentikan langkah lariku yang telah kulakukan hingga saat ini.  Aku tertegun melihat jalan terjal di depan yang harus kulalui sedang kakiku sudah tak mampu melangkah lagi.  Aku membalikkan badan, menatap jejak jejak kaki yang masih tersisa.  Jauh sudah jarak yang telalh kulalui.  Akhirnya pertanyaan yang kutakutkan muncul juga, untuk apa kulakukan semua ini?
Tiba juga aku di persimpangan jalan. Aku hilang arah.  Untuk apa semua ini kulakukan?  Ke mana sebenarnya aku harus melangkah? 

Setengah menjatuhkan diri, kurebahkan tubuhku di atas tanah.  Langit luas kini terbentang tepat di depan mataku.  “Langit ini, dunia ini, terlalu luas.  Aku lelah,”  kataku.  aku merasa kehilangan diriku sendiri.  Lelah ini benar-benar membunuhku perlahan. Tak terasa, tetes demi tetes mengalir dari balik mataku.  Aku kenapa?  Apa yang salah dengan diriku?

Kumohon, ulurkan tanganmu! Aku sudah tak bisa bertahan lebih lama lagi.  Selamatkan aku dari semua ini.  Bawalah aku ke manapun kau ingin pergi.  Seberapa terjal jalan itu, pasti kulalui.  Aku sungguh telah lelah berjalan sendiri.

Kau tahu besarnya arti dirimu untukku?  Sesungguhnya jika hidup dan dunia yang kumiliki ini kau pinta, maka aku akan menyerahkannya.  Sebab tak kuasa lagi kujalani semua ini sendiri.   Kamu adalah semua kekuatan yang kumiliki.  Maka sekali lagi, kumohon ulurkan tanganmu, maka aku akan menjadi sekuat apa yang kamu mau.

We are always one, we can be divine


Menulis: Day 30

Day 30
********


Subhanallah, alhamdulillah, laailaaha illallah, Allahu Akbar

Tiga puluh hari penuh aku menulis setiap hari di blog ini (lihat Tiga Puluh Hari Menulis Random). Dari awal memulail tantangan ini, niatku adalah membuktikan pada diri sendiri bahwa aku bisa.  Aku mampu menulis setiap hari selama tiga puluh hari.    Terlepas dari apa tulisan yang aku hasilkan, aku bisa sedikit bangga dan puas terhadap diri sendiri.  Aku berhasil membuktikan bahwa "jika aku mau, maka aku mampu".

Satu hal yang aku pelajari selama tiga puluh hari ini, bahwa menulis tidaklah mudah.  Semua orang bisa menulis, tapi belum tentu semua orang bisa menghasilkan tulisan yang baik.  Entah itu baik dari struktur tata bahasanya atau dari kandungan yang terdapat dalam tulisan tersebut.  Membaca ulang tulisan tulisanku selama tiga puluh hari ini, aku meragukan inang penulis telah hinggap di diriku.  Aku bukanlah seorang yang lahir dengan bakat untuk menyampaikan ide lewat tulisan.  Aku hanya orang yang memiliki kemauan untuk menulis.  Tentu saja ini menjadikanku harus banyak belajar lagi masalah kepenulisan.  Kesalahan dan kekurangan masih terdapat di sana sini dalam tulisanku.  Banyak tulisan yang membuktikan bahwa aku hanyalah tong kosong yang nyaring bunyinya.  Tulisanku banyak yang berantakan dan tanpa makna.   Sekali lagi aku harus banyak belajar kembali.

Menulis berbagai tulisan selama tiga puluh hari penuh bukanlah tanpa hambatan dan masalah.  Hambatan paling besar yang kutemui adalah susahnya mendapat ide tentang apa yang akan kutulis.  Ini membuktikan bahwa pengetahuanku tentang berbagai hal masih cetek dan belum ada apa apanya.  Orang yang dengan pengetahuan luas pasti mudah sekali bersikap kritis terhadap berbagai masalah, masalah kecil sekalipun. Ini pula yang membuatku sadar bahwa selama ini sedikit sekali tulisanku yang berisi.  Kebanyakan kosong tak memiliki kandungan apapun.

Hambatan kedua adalah sulitnya aku memfokuskan pikiran dan memanfaatkan waktu dengan baik.  Karena proyek ini, tugas akhirku terbengkalai.  Sebenarnya  hal ini tidak bisa dijadikan alasan atas terbengkalainya tugas akhirku.  Waktuku di luar mengerjakan proyek tiga puluh hari ini masih banyak.   Dan itu hanya kuhabiskan dengan hura hura.    Tapi aku merasa aku adalah orang yang tidak bisa membagi dua pikiran sekaligus.  Ketika aku sedang mengerjakan satu hal, maka satu hal itulah yang fokus aku pikirkan.  Aku tidak bisa memikirkan hal lainnya.  Dan masalah tugas akhir ini, entah setan apa yang telah meracuni dan pikiranku yang menjadikan aku malas sekali dalam mengerjakannya sehingga aku mengalihkan pikiran pada proyek tiga puluh hari ini.

Namun pada akhirnya, tiada yang sia sia bila kita bisa mengambil hikmah dari setiap yang ada.  Semoga tulisan yang telah kutulis selama tiga puluh hari ke belakang bisa diambil pelajaran terutama bagi diriku sendiri.

Allahu A'laam...


Tandang48

Day 29
********




Satu hal yang paling ku syukuri dalam hidup ini adalah aku pernah dipertemukan dengan orang orang yang bisa menerimaku apa adanya.  Mereka adalah tempat pelabuhan pertama ketika aku sampai di suatu negeri antah berantah ini.  Mereka adalah rumah yang bisa menjadi tempatku pulang ketika berbagai masalah dan rasa lelah menghujaniku.  Mereka adalah selimut Khadijah bagi Muhammad ketika pertama menerima wahyu. Nyaman. Ketika semua orang mengabaikanku, merekalah yang dengan rela mengulurkan tangannya, menyambutku dan menarikku ke tengah tengah mereka.

Bagiku, mereka adalah sebuah hujan yang turun di tengah tanah yang gersang.  Menyejukkan.  Namun layaknya sebuah hujan, ada kalanya ia pun reda.  Hukum alam pula lah yang membuatnya demikian.  Maka ketika semuanya harus memudar, mau tak mau aku pun harus memahami bahwa semua memiliki batas waktu.  Begitu pula dengan kebersamaan.  Ketika semua orang telah sibuk dengan urusan masing masing, satu persatu dari mereka pun menghilang.  Sekali lagi akulah yang harus paham dengan keadaan, karena satu orang yang memahami bayak lebih bijaksana ketimbang banyak orang yang memahami satu.  Tapi satu hal yang harus mereka tahu, aku mencintai kebersamaan di antara kita.

Biarlah aku menjadi orang yang cintanya tak terbalas, karena bagiku, cinta itu sendiri adalah kebahagiaan.  Kadang sakit memang, tapi aku tidak akan menyesal melakukannya.  Ada suatu ketika, empat puluh atau lima puluh tahun dari sekarang, aku akan duduk di depan anak cucuku, bercerita pada mereka bahwa dulu aku pernah berada di antara orang-orang hebat, bahwa dulu aku pernah bersama mereka.  Maka dengan bangga dan wajah yang sumringah, aku akan menularkan kenangan kenangan yang selama ini aku jaga.  Aku tidak akan menyesal.

***


You say my love is all you need, to see you through
But I know these words are not quite true

Here is the path you're looking for, an open door
Leading to worlds you long to explore

Go, if you must move on alone
I'm gonna make it on my own

Kiss me good-bye, love's memory
Follow your heart and find your destiny
Won't shed a tear, for love's mortality
For you put the dream in my reality

As time goes by I know you'll see this of me:
I loved you enough to let you go free

Go, I will give you wings to fly
Cast all your fears into the sky

Kiss me good-bye, love's mystery
All of my life I'll hold you close to me

Won't shed a tear for love's mortality
For you put the dream in my reality

Kiss me good-bye, love's memory
You put the dream in my reality


(Kiss Me Goodbye-Angela Aki)

Perpisahan (2)

Day 28
*******




Tak pernah terbersit sedikitpun penyesalan di hatiku karena telah dipertemukan denganmu, meski pada akhirnya perpisahan jualah yang harus menjadi akhir. Setiap pertemuan, setiap percakapan antara kita adalah rahmah yang tak bisa ternilai harganya. Maka telah cukuplah segala rahmah itu kurengkuh. Tak perlu lagi kuharap lebih karena segala yang kau beri telah begitu berarti. Bila memang kamu harus pergi, kan kuberi sayap penghabisan ini untuk kau terbang pergi. Kan kutitipkan kau pada semesta yang siap menjagamu nanti. Biarkan aku tetap di sini, sebagai pungguk yang tetap merindukan rembulan. Bukan diriku terlalu pengecut untuk bermimpi, hanya aku mengerti kekurangan diri. Permata yang berharga tak pantas berada di jari pengemis. Dan bidadari sepertimu tak pantas bersanding pendosa sepertiku.


For someone who showed me the moon, thank you

Jus Mangga dan Jus Melon

Day 27
*******



Aku menyukai jus mangga.  Aku pun menyukai jus melon.  Tapi ketika keduanya di campur, jujur saja aku kurang menyukainya. Aneh.  Terasa asing di lidah dan mulutku. Keaslian rasa dari keduanya serasa hilang, saling mengotori.  Jangankan rasanya, namanya juga sudah tak jelas.  Bukan jus mangga, bukan juga jus melon. Entah jus mangga yang dicampur jus melon atau jus melon yang dicampur jus mangga.

Apa maksudnya?  pikirkan sajalah...

Am I Exist?

Day 26
********


Kembali lagi aku ingin menanyakan keberadaanku di muka bumi ini, bahwa nafas masih mengalir keluar masuk alveolus entah lewat mulut atau hidung, bahwa darah masih mengalir dipompa jantung,  bahwa nadi masih berdenyut tanda belum dicabutnya nyawa dari badan.

Seseorang dikatakan masih nyata apabila dia bisa dilihat, didengar, atau dirasakan sentuhannya.  Aku meragukan itu semua masih ada padaku, ketika panggilanku tak dideongar seolah suara yang dengan susah kukeluarkan adalah angin belaka yang berhembus bahkan tak sampai pada gendang telinga, ketika aku melintas seolah orang orang tak melihat keberadaanku di sana, ketika sentuhan, ah sudahlah...

Bagiku, manusia di sekelilingku justru tak ada bedanya dari robot yang telah terprogram untuk melakukan sesuatu.  Tak ada nurani lagi dalam dirinya yang membuat ia berlaku selayaknya manusia: saling mengasihi dan mencintai.  Yang ada dikepalanya hanya "menguntungkan atau merugikan", buat apa didekati jika tak bisa mendatangkan untung.?  Bagi mereka, perbedaan adalah suatu hal tabu.  Maka ketika orang sepertiku hadir, yang tampak hanyalah orang cacat dan pesakitan.  Apa yang ada padaku adalah borok yang mudah menular bahkan hanya dengan memandangnya.  Tak heran ketika aku melintas, tak satupun orang yang sudi mengindahkanku.

Begitulah adanya;  aku melawan dunia.  Tentu pihak yang salah dan yang salah adalah diriku sendiri hingga buangan menjadi kata yang pantas untuk diriku.  Hina.  Sampah sepertiku memang tak berguna.  Tapi asal kau tahu saja, aku tak butuh kalian semua!


Katanya : Hujan Bulan Juni

Day 25
********


Katanya, tak ada yang lebih indah dari hujan bulan juni. Nyatanya, hujan tak kunjung datang. Ia seperti hilang disingkap kemarau yang menjelang.  Atau justru hujanlah yang sudah malas untuk datang, tersebab sudah tidak ada lagi alasan ia datang?  Jika iya, congkaklah ia!

Katanya, tak ada yang lebih indah dari hujan bulan juni.  Nyatanya, hujan hanya datang ke tempat yang ia inginkan .  Pilih pilih. Tanah tandus seperti tempatku tinggal justru malas baginya untuk singgah.  Ah benar benar congkak!

Ingin aku bersikap seolah hujan bulan juni tidaklah penting, hingga datang atau tidaknya ia tak berpengaruh pada tanahku. Tapi ternyata, tanahku tambah gersang tanpa hujan.  Tanahku kerontang.

Hujan bulan juni.  kamu berhasil membuat semua tanah merindukanmu meski kamu justru bersikap acuh pada mereka.  Hujan bulan juni memang menyebalkan.

Diary Hari Ini

Day 24
********



Sabtu, 20 Juni 2015

Baiklah, untuk tulisan hari ini saya akan membuat diari satu harian ini. Suer, sebenarnya tadinya ga ada niatan buat nulis diari. Tapi karena kehabisan ide untuk tulisan, apalah daya.

Permintaan Maaf

Day 23
*******


Mataku sedang menatap kosong ke depan kelas ketika telfon genggam dalam saku celanaku bergetar.  Kurogoh ia dengan malas sambil setengah mengumpat, siapa pula orang yang mengirim pesan singkat di tengah perkuliahan seperti ini?

Bintang

Day 22
********


Malam 2 Ramadhan.
Malam ini tanpa bintang
Malam ini tanpa bintang, kataku
Tak ada yang mengingatkanku padamu
Tapi aku tetap mengingatmu
Aku merindukanmu.

Guntur

Day 21
********


"Prakk,"  suara gelas setengah kubanting beradu dengan meja yang sama terbuat dari kaca.  Minuman kekuningan masih tersisa memenuhi setengah gelas itu.  Sementara di sisi lain empat gelas berukuran sama  telah kosong tak berisi.  Yang tersisa hanya tetesan-tetesan kekuningan yang mengalir di dinding-dindingnya.  Di tengah meja berdiri angkuh botol botol hijau berjumlah lima buah.  Satu diantaranya masih penuh berisi cairan kekuningan yang sama.

Islam: Aliran Apa?


Day 20
********


Saya selalu merasa aneh jika ada orang yang bertanya baik ke saya langsung maupun ke teman saya, "Kamu Islam?  Aliran kamu apa?", padahal orang yang bertanya itu sendiri mengaku dirinya Islam.

Sejak kapan di Islam ada aliran-aliran?

Sejak dulu, Islam itu satu, yaitu Islam yang dibawa Nabi Muhammad saw. Dan sampai kapan pun Islam akan seperti itu.  Maka ketika ada orang yang bertanya semisal "Kamu aliran Islam apa?"  cukup kita jawab "Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad."

Umat Islam berpedoman pada beberapa hal.  Pedoman umat Islam yang utama adalah Al-Qur'an dan Hadist.  Pedoman selanjutnya adalah Ijma'  atau kesepakatan para ulama.  Al-Qur'an sudah tidak diragukan lagi kebenarannya, maka tentu bila ada orang yang mengaku beragama Islam tapi tidak melaksanakan apa yang ada dalam Al-Qu'an, atau memiliki pemahaman yang bertentangan dengan apa yang telah ditulis dalam Al-Qur'an maka orang itu dapat kita anggap menyimpang.  

Pedoman kedua adalah Hadist, atau ucapan dan/atau perbuatan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad langsung.  Hadist ini merupakan penerang atau contoh penerapan dari Al-Qur'an.  Maka aneh sekali jika Hadist bertentangan dengan Al-Qur'an.  Hanya saja validitas hadist tidak 100%.  Ada hadist yang memang telah dipalsukan oleh orang-orang yang menghendaki kesesatan Islam.  Meski demikian, kita dapat mengikuti hadist yang periwayatnya sudah diakui keabsahannya misalnya Bukhari dan Muslim.

Pedoman selanjutnya adalah Ijma'.  Dalam hal inilah banyak ulama yang memiliki pendapat berbeda antara satu dengan lainnya.  Perbedaan ini berlanjut sehingga timbul mazhab seperti mazhab Syafi'i, Hambali, Hanafi, dan Maliki.  Memang ada beberapa perbedaan antara mazhab satu dengan lainnya.  Namun perlu diketahui, secara substansial, setiap mazhab masih sama.  Maka tidak bisa dikatakan bahwa ada pertentangan antara satu mazhab dengan mazhab lainnya.  Perbedaan itu rahmat bagi orang yang berpikir.  Rasul pun telah mencontohkannya.

Maka sangat salah bila kita menganggap mazhab adalah suatu aliran tersendiri dalam Islam. Di islam tidak mengenal aliran.  Semua berpegang teguh pada syari'at.  Islam tidak boleh terpecah belah karena adanya golongan-golongan yang memiliki pandangan berbeda.  Selama pandangan itu tidak menyimpang dari Al-Qur'an dan hadist, maka itu Islam.

Mulai dari sekarang, mari kita (termasuk saya) pahami lagi arti perbedaan yang sesungguhnya.  Islam itu satu.  Islam itu tidak terpisah belah oleh negara, suku, golongan, atau mazhab-mazhab sekalipun. Jangan merasa benar sendiri.  Sesungguhnya kebenaran itu milik Allah.

Wallahu a'lam
Shadaqallah al-Adziim...

Topeng

Day 19
********



Di hari tua nanti kita akan mengingat kita pernah hidup di zaman suspend FIFA, Gobloknya otak penyelundup burung mengunakan botol air mineral, izin pendaratan ufo di monas serta penghargaan pidato "terbaik" sepanjang sejarah kepresidenan Indonesia. Dunia memang tidak pernah baik. Sebaik apapun pandangan kalian, semua yg bernada positif serupa analgesik dan nyanyian positif hanya alat bantu pengangkat image. Manusia adalah manusia. Ia tidak pernah sempurna. Semua kalimat nyinyir dan sindir saya selama ini juga sebagai pengingat kepada kalian bahwa saya adalah manusia. Menjadi apa adanya karena ketidak sempurnaan saya lebih baik daripada berwajah baik tetapi mematikan.

Balada Sebuah Apel

Day 18
********



Suatu hari aku memiliki sebuah apel.  Apel itu bentuknya sangat simetri.  Kulitnya merah mengilap dan mulus.  Tidak ada bekas ulat atau serangga pernah hinggap di kulit itu.  Ukurannya tidak terlalu besar memang, namun cukup untuk dimasukkan ke dalam golongan apel unggul.  Apel berbentuk demikian dengan hanya melihatnya saja kita sudah bisa menebak rasanya, pasti manis dan bertekstur lembut.

Farewell Part(y)

Day 17
********


Baiklah kamu benar dan aku salah.  Tidak perlu ada ucapan perpisahan karena memang perpisahan bukan untuk dirayakan. Lagipula perpisahan hanya ilusi belaka.  Kita hanya hilang saja dari pandangan mata masing masing.  Sejatinya selama nyawa masih menggerakkan raga, tidak ada yang namanya perpisahan. Kita masih menjunjung langit yang sama.  Kita masih memijak tanah yang sama. Dan kita masih berada di bawah bulan dan matahari yang sama.  Maka mulai sekarang, mari hapus kata goodbye dan selamat tinggal dari kosakata kita masing masing.

Kenangan

Day 16
********


Malam telah cukup larut ketika aku masuk kamar temanku, Alam.   Ketika itu dia sedang memainkan sebuah lagu diiringi gitar milik teman kost yang lain.  Kebetulan lagu itu aku hafal dan kord nya mudah sehingga aku lekas mengambil gitarku dan ikut memainkannya.  Karena masih terbatasnya kemampuanku memainkan gitar, kami hanya memainkan dua lagu saja. Lepas itu, kami ngobrol ngaler ngidul  tentang beberapa hal.

Pertama, kami membicarakan karokean yang tadi aku lakukan bersama teman-teman, tentang asingnya lagu yang kami nyanyikan bagiku, tentang apa saja. Obrolan kami mengalir begitu saja, dari satu topik ke topik lain.  Kami juga sempat membahas masalah asmara teman-teman kami,, masalah anggota kelompok kami yang semakin buyar, masalah seorang wanita yang sama sama kami kagumi yang ternyata sudah menambatkan hatinya pada seseorang, dan ujungnya, kami mengingat masa sekolah kami dulu.

Aku dan Alam bersekolah di SMP dan SMA yang sama.  Ketika SMP kami memang tidak saling kenal karena kami berada di kelas yang berbeda.  Tidak ada kejadian yang membuat kami bisa berkenalan.  Baru di SMA kami masuk di kelas yang sama, X-1, Kelas Renville, Kelas Einsten Autist.  Puncak obrolan kami adalah ketika kami mengingat-ingat nama guru kami yang (astagrifulloh) sebagian telah kami lupakan.  Nama dan bentuk wajahnya pun telah banyak yang hilang dari ingatan kami. Obrolan berlangsung hingga larut, tak terasa jam dinding sudah menunjuk pukul setengah dua malam.

Satu hal yang aku pahami, ternyata menyenangkan memiliki banyak kenangan, terlebih ada orang yang menemani ketika kita mengenang setiap kejadian yang pernah sama-sama kita alami.  Dan alangkah ruginya orang yang tidak memiliki kenangan atau orang yang menyepelekan arti kenangan.  Aku jadi ingin berterima kasih kepada orang-orang yang telah singgah di kehidupanku, kepada orang-orang yang telah mencoretkan kenangannya di lembaran perjalananku.  Selanjutnya hal yang aku harus pahami adalah tidak semua orang yang pernah tinggal di hidup kita harus menetap selamanya.  Mereka sama-sama harus melanjutkan perjalanannya. Namun untuk terakhir kalinya, aku ingin memohon, jagalah kenangan yang telah kita buat bersama.  Tempatkan ia di tempat yang mudah dijangkau, di dalam kotak kenangan, atau dibungkus plastik dan diletakkan di dalam lemari kaca.  Simpanlah sebaik mungkin hingga suatu ketika, baik kita bersama atau kamu sendiri yang membukanya, kamu bisa menemukan hal-hal indah yang pernah kita lalui bersama.

Never say goodbye
Hum hain raahi pyar ke, phir milenge chalte-chalte

Pertengkaran Kemarin

Day 15
********


"Kamu di sana apa kabar?" itulah pertanyaan yang hampir tiap hari aku ucapkan.  Namun setiap hendak menanyakan padamu langsung, aku sendiri langsung bisa menjawabnya,"Kamu baik baik saja (meski tanpa diriku)" Kemudian akhirnya aku hanya bisa melihat isi profilmu dari media sosial yang semakin menegaskan bahwa kamu baik baik saja. Ya, kamu baik baik saja tanpa aku.

Adalah kebohongan bila aku berkata bahwa waktu tiga tahun bersamamu dapat kulupakan begitu saja.  Adalah kebohongan pula bila kini kamu telah hilang dari hati dan pikiranku.  Bagaimana tidak, waktu tiga tahun bukanlah waktu yang sebentar, terlebih banyak kenangan yang terjadi selama waktu itu. Ditambah dengan cara perpisahan kita yang tidak jelas menurutku, tidak ada kata perpisahan atau ucapan selamat tinggal di antara kita.

Jarak memang pembunuh paling keji dalam sebuah hubungan.  Awalnya kita memang baik baik saja berada di tempat yang berbeda, dalam jarak sekian ratus kilometer panjangnya.  Toh kita masih bisa bertegur sapa lewat teknologi.  Kita masih bisa berucap mesra seperti mengungkapkan rasa kangen kita lewat telfon atau pesan singkat.  Namun seiring waktu, segalanya berubah.  Atas nama pertumbuhan, kamu berubah, begitupun aku.  Kita menjadi sibuk dengan urusan masing-masing.  Intensitas percakapan kita semakin berkurang.  Ditambah biaya yang harus kita keluarkan demi dapat bertegur sapa.  Tak ada anggaran yang aku khususkan untuk dapat terus berbicara denganmu. Kita semakin jaran bercengkrama, hingga puncaknya, suatu malam kamu mengirim pesan singkat ke telfon genggamku.  Kamu berkata bahwa kamu kecewa padaku.  Aku kaget bukan kepalang.  Kukira hubungan kita baik baik saja.  Pertemuan yang sedang kuhadiri pun aku abaikan.  Aku menepi, menekan layar hp berkali kali untuk menghubungimu.  Setiap kali terhubung, sebanyak itu pula kamu menolak panggilanku.  Puluhan pesan singkat kukirimkan padamu dari telfon genggamku, dan tak satupun kamu membalasnya.

Semua serba tiba-tiba dan membingungkan.  Hingga detik ini, aku tidak mengerti apa yang membuatmu kecewa padaku.  Tindakanku kah? apa yang salah dengan tindakanku? Semua membingungkan.  Dan sialnya, tak ada satu kata pun darimu yang menjelaskan semuanya.  Kamu bungkam.  Setiap kutelfon, kamu selalu menolaknya.

Satu tahun lebih. Ya, telah satu tahun lebih kamu bersikap dingin seperti ini.  Padahal dalam waktu itu tak kurang dari seratus pesan singkat telah kukirimkan.  Aku pun menyerah.  Lelah.  tak ada itikad baik darimu untuk memperbaiki apa yang telah rusak.  Percuma saja bagiku mengharapkan semua kembali seperti dulu jika kamu sendiri tidak mau melakukannya.  Kamu egois.

Aku menyerah.  Aku pasrah.  Hidupku harus terus berjalan.  Aku harus menjalani hidup sebik kamu menjalaninya, tanpa diriku.  Kamu bertemu orang-orang baru, pergi ke tempat-tempat baru, menjalin hubungan dengan orang baru, aku pun akan melakukannya.  Bukan sebagai pembalasan dendam terhadapmu.  Percayalah, sudah sejak lama aku memaafkanmu.  Aku melakukannya hanya karena aku sendiri sadar, dunia masih terus berputar.  Aku harus tetap tumbuh, menjalani kehidupan yang baru, menghargai orang-orang yang saat ini ada di sisiku, menghargaiku.




***

I just wanna be alone tonight
I just wanna take a little breather
Cause lately all we do is fight
And every time it cuts me deeper


Cause something’s changed
You’ve been acting so strange
And its taking its toll on me
Its safe to say that I’m ready to let you leave


Without you, I live it up a little more everyday
Without you, I’m seein myself so differently
I didn’t wanna believe it then
But it all worked out in the end
When I watched you walk away
Well I never thought I'd say
I’m fine
Without you


Called you up cause’ it’s been long enough
And you said that you were so much better
We have done a lot of growing up
We were never meant to be together


Cause something changed, you were acting so strange
And it’s taken its toll on me
It’s safe to say that I’m ready to let you leave


Without you, I live it up a little more everyday
Without you, I’m seein myself so differently
I didn’t wanna believe it then
But it all worked out in the end
When I watched you walk away
Well I never thought I'd say
I’m fine
Without you


Cause something changed, you were acting so strange
And it’s taken it's toll on me
It’s safe to say that I’m ready to let you leave


Without you, I live it up a little more everyday
Without you, I’m seein myself so differently
I didn’t wanna believe it then
But it all worked out in the end
When I watched you walk away
Well I never thought I'd say
I’m fine,
Without you


Without you
Without you
Without you
I just wanna be alone tonight,
I just wanna take a little breather. 

(Hinder-Without You)



Balada Mahasiswa Tingkat Akhir

Day 14
********


Dua minggu sudah aku menantang diri sendiri untuk menulis setiap hari selama sebulan penuh.  Menulis apa saja yang ada di pikiranku.  Di hari ke empat belas ini aku berpikir, aku melakukan ini untuk apa?  Apa gunanya untukku?  Banyak kegiatan dan pekerjaan lain yang sebenarnya bermanfaat bagiku, salah satunya adalah mengerjakan tugas akhir kuliah yang sampai saat ini mandeg, tidak ada kemajuan sama sekali. 

Namun semakin berusaha menyangkalnya, aku semakin ingin menulis.  Aku ingin mengalahkan diriku.  Aku ingin membuktikan pada diri sendiri bahwa aku bisa.  Aku bisa menulis setiap hari selama sebulan penuh, meski harus sedikit mengorbankan dan mengabaikan tugas akhirku.  

Hingga saat ini  tidak ada seorang pun yang berhasil memahami apa yang ada di kepalaku, terlebih teman-teman sekelas yang selalu beranggapan bahwa aku maniak media sosial, aku adalah seorang penggalau yang stuck dan hanya bisa menumpahkan segala isi hatinya ke dalam status medsos.  Tapi tenang saja, aku tidak akan menyalahkan mereka.  Aku tidak akan bersikap seperti mereka.  Aku akan mencoba memahami mereka bahwa tidak sepenuhnya orang-orang itu mengenal siapa aku sebenarnya sehingga mereka hanya bisa menghakimi diriku berdasarkan apa yang mereka lihat dan mereka rasa saja. Seperti pepatah bilang, kan, langit saja tidak menjelaskan bahwa dirinya tinggi.

Mengenai menulis, aku memahami betul bahwa bakat menulis tidak benar benar ada di dalam diriku. Aku hanya orang yang berandai andai bisa menulis. Itu saja.  Jadi aku belajar menulis.  Toh dari dulu aku menulis untuk diriku sendiri.  Bila ada orang yang mau membaca, terlebih memahami tulisanku, aku anggap itu sebagai bonus saja.  Bukan tujuan utama.

Jadi, silakan mau berkata apa, aku ingin tetap menulis.




Bagaimana Jika?

Day 13
********


Kata "bagaimana" biasa digunakan untuk menanyakan cara melakukan sesuatu, dan "jika" biasa digunakan untuk menunjukkan adanya persyaratan untuk kondisi tertentu.  Ketika keduanya digabung, maka bisa jadi kalimat tanya yang sangat membingungkan:  Bagaimana jika?

*Bagaimana jika ternyata gadis yang kamu sukai telah memiliki pacar?

*Bagaimana jika pacarnya tersebut ternyata sahabatmu sendiri?

*Bagaimana jika ternyata sebentar lagi mereka akan melangsungkan pernikahan?

Kamu mau jawab apa, coba?



Dear FR

Day 12
********


Feri Rivaldi

Aku tidak akan menunjukkan tulisan ini langsung padamu.  Tapi aku ingin suatu saat nanti, entah sengaja atau tidak, kamu akan membacanya.  Aku ingin membiarkan takdir bekerja dengan caranya sendiri.

Aku mengakui, sampai detik ini sungguh jauh untuk bisa menjadi kakak yang baik untukmu, bahkan  seumur hidupku, mungkin aku tidak akan bisa mencapainya.  Tapi ketahuilah, demi Tuhan, aku menyayangimu.  Aku ingin segala yang hal yang terjadi padamu adalah hal terbaik.  Aku ingin segala keberkahan dan keberuntungan menyertaimu.  Maafkanlah segala kesalahan yang telah kulakukan, dan mungkin akan kulakukan nanti kepadamu.  Satu hal yang sampai saat ini menghantuiku adalah ketika aku dengan sengaja berbuat salah kepadamu hingga kamu menangis kala itu.  Maafkan aku.  Bila bisa kuputar kembali waktu, aku rela melakukan apa saja agar tidak pernah kejadian itu aku lakukan.

Kamu harus percaya bahwa hal terbaik yang pernah aku miliki sampai saat ini adalah dirimu.  Hal yang amas sangat kusyukuri adalah lahirnya dirimu.  Terima kasih karena telah lahir ke dunia ini dari rahim yang sama denganku. Waktu kamu masih bayi aku memang sempat iri padamu karena Mamah lebih mementingkan dirimu.  Tapi percayalah, itu hanya sikap bocah yang terlalu takut kehilangan apa yang telah dia miliki.  Sekarang aku menyadari, betapa seringnya orang tua kita lebih mementingkan kepentinganku dibanding kepentinganmu.  Berapa sering kamu harus mengalah demi aku, padahal aku kakakmu.  Maafkan aku pula untuk hal ini.

Belakangan, aku mendengar kamu menang lomba di tingkat kabupaten, dan akan menjadi wakil untuk berlomba di provinsi.  Aku sangat bangga dan bahagia mendengarnya.  Kamu telah melakukan sesuatu yang membanggakan.  Kamu luar biasa.  Ketika aku seumuran denganmu, aku bahkan harus mencontek ketika mengerjakan pekerjaan rumah.  Kamu hebat.  Apapun hasilnya nanti, kamu harus percaya bahwa kamu telah melakukan hal terbaik yang bisa kamu lakukan.  Jangan jadikan hasil sebagai sesuatu yang paling utama.  Hargailah proses.  Jangan pernah menyesali hasil yang tidak memuaskan ketika kamu telah bersungguh sungguh berusaha dan melakukan yang terbaik.  Manusia hanya bisa berusaha, selebihnya, biarkan Tuhan yang berkehendak.  Lapauilah kemampuan Bapak, lampauilah kemampuanku, dan lampaui dirimu sendiri.  Jadilah orang yang sukses, maka aku akan semakin bangga dengan dirimu.

Jika kita besar nanti, bahkan ketika kita berdua sudah memiliki keluarga sendiri, aku berharap hubungan kita akan baik-baik saja.  Percayalah, aku akan tetap menyayangimu.  Aku akan tetap berharap segala kebaikan terjadi padamu.

Sebenarnya masih banyak yang ingin kusampaikan padamu.  namun ternyata, bibirku kelu, dan jariku kaku.  Terima kasih telah menjadi adik yang baik untuk kakak sepertiku.

Getting Old

Day 11
********




Anak-anak angkatan 52 sudah berdatangan di IPB.  Itu berarti tinggal menghitung hari aku akan genap 4 tahun tinggal di Bogor dan kuliah di sini. Rasanya belum cukup bagiku menimba pelajaran dan pengalaman di sini.  Belum banyak manfaat yang bisa kuberikan untuk diriku dan orang orang di sekitarku.  Belum banyak karya yang bisa kuhasilkan selama aku berada di sini.

Tak terasa semakin tua saja umurku. Memori empat tahun lalu pun memutar kembali di kepala, tentang pertama kali menginjakkan kaki di rumput taman rektorat IPB, tentang sepupuku yang muntah ketika baru saja keluar dari mobil, tentang perlakuan semena-mena yang didapat Bapak ketika memasuki gedung rektorat, tentang pertama kali tiba di asrama, tentang masa-masa awal tinggal di asrama, di lorong 9 gedung C1, tentang beratnya berpisah dengan kedua orang tua dan keluarga.  Ahh.. ternyata kejadian-kejadian yang telah kualami, baik yang pahit maupun yang manis, kini menjadi kenangan yang indah untuk diingat.

Kini, rasanya keberadaanku sudah tidak diharapkan lagi kota hujan ini.  Aku seperti didorong-dorong untuk segera pergi, meski urusanku di sini masih banyak yang harus aku tuntaskan.  Di lain sisi, skripsi dan tektek bengeknya seakan suatu beban yang menahanku untuk segera pergi.


Saturday Night

Day 10
*******



Malam ini.
"Kenapa sih di Indonesia ini harus ada tradisi malem mingguan?  Bikin macet aja tau!," kamu memekik kesal. Sayang aku tidak bisa melihat wajahmu karena aku tak mungkin membalikkan badanku di atas motor.  Lagipula mataku harus fokus pada jalanan di depan.  Padahal aku selalu suka melihat raut wajah kesalmu.

"Mungkin orang Indonesia merasa sibuk dan jenuh beraktifitas sepanjang minggu hingga merasa perlu penyegaran di malam minggu," jawabku.

"Sibuk apanya?  Kebanyakan yang malam mingguan itu kan  para pemuda yang mau pacaran. Lagian kenapa harus malam minggu?  kenapa ga malem sabtu atau malem-malem yang lain?" katamu lagi, masih dengan nada ketus.

"Karena besoknya hari minggu, libur.  Jadi mereka bisa begadang semalaman." 

"Emang iya? Harus begitu yah?" 

"Engga juga sih.  Heheheh.."  jawabku.

Motor yang kami kendarai memasuki pertigaan tanpa lampu merah.  Sopir-sopir yang tidak sabar memaksakan mobilnya untuk masuk jalan utama.  Tentu saja hal ini memancing kemarahan sopir lain.  Mereka yang tidak terima--dengan tidak sabar pula-- membunyikan klaksonnya keras keras.  Bahkan di antara mereka kudengar ada yang sambil memaki, mengeluarkan kata-kata kotor. 

"Kamu ga bisa nyelip-nyelip yah?  masuk diantara celah mobil-mobil gitu?" katamu.

"Mau nyelip gimana mobilnya juga pada nggak ngasih celah."

"Kalo ga cepet martabaknya keburu dingin. Ga enak kalo udah dingin."

"Iya, Neng, sabar yah..."

***


Dua tahun lalu.

"Hai, namaku Andiana.  Salam kenal semuanya." tulismu di chat grup kita.  Beberapa teman yang lain merespin perkenalanmu dengan menyebut nama mereka masing masing. Aku pun tidak mau kalah.

"Hallo Andiana. Salam kenal juga. Namaku Danial, tapi biasa dipanggil Omen.  jangan tanya kenapa bisa gitu, aku juga ga ngerti. hahahah" tulisku.

"Hai Danial, eh Omen.  Jauh banget yah panggilannya.haha" jawabmu

Lalu setelah itu, percakapan kita pun mengembang.  Teman-teman yang lain pun ikut menanggapi.  Obrolan di grup semakin ramai.  Satu hari bisa sampai 100 percakapan yang muncul.  Kita membahas apa tentang segala hal, mulai dari perang stiker, sampai masalah-masalah penting yang memang perlu didiskusikan.  Membuka grup chat menjadi menyenangkan.  Aku bisa membaca celotehan-celotehan polos yang anak anak tuliskan. Benar-benar menyegarkan.

Hari berganti. Pertemuan diantara kita semakin sering saja.  Meski sebenarnya hanya berupa makan malam bersama, tapi hal itu sungguh menyenangkan.  Sangat berbeda dengan ketika kita melakukannya seorang diri. Berteman tidak pernah kusangka semenyenangkan ini.
 


Benci dan Cinta

 Day 9
*******


Kamu tahu mengapa aku sangat-sangat membencimu? 
Karena aku berharap akan timbul cinta setelah kebencian itu reda.  Bukankah batas antara benci dan cinta itu tipis? Maka dengan segala cara yang kulakukan, dengan segala benci yang kudeklarasikan, sebenarya ada keinginan kuat untukk mencintaimu.

Berlebihan

Day 8
*******

Seorang wanita menangis karena apa yang telah aku lakukan.

Tulisanmu

Day 7
******


Mengapa selalu menyenangkan membaca setiap tulisanmu?  Mengapa selalu menyenangkan melihat tanganmu memegang pena, meliuk-liukkannya membentuk huruf demi huruf di atas kertas?  Mengapa selalu menyenangkan membaca apa yang kamu pikirkan, lewat sebuah tulisan?


Tumpahkan Saja

Day 6
******


Sejak sore tadi bogor diguyur hujan, langit seolah tak kuasa lagi menahan awan hingga harus segera ditumpahkannya lewat tetes-tetes hujan. Ya, memang bila sudah tidak kuat lagi untuk menahannya, tumpahkan sajalah.  Orang-orang yang tak mengerti mungkin akan mengeluh, memaki, bahkan menghujatmu. Toh kita memang tidak bisa, dan tidak harus bisa membuat semua orang menyukai kita. Namun percaya saja, masih ada orang yang senang menari di bawah guyuran hujan.  Percaya sajalah!

Day 6

Day 6
******


H-beberapa jam Siska Wisuda
Lama aku memandangi layar laptop tanpa menuliskan satu kata pun.  Terlalu banyak pikiran dan perasaan bercampur aduk  sampai isi kepala tak bisa nyambung dengan jari-jari tangan.  Tadinya aku bertekad tulisan malam ini harus ringan, harus terbebas dari yang namanya perasaan.  Tapi tetap saja aku tidak bisa menghindarinya.

Apa yang harus aku tulis?


Akhirnya aku tidak menulis apa-apa.

Wanita yang Pernah Disenyumi Bulan

Day 5
*****

Senin, 1 Juni 2015

Untuk Aulia Novita Rachmawati
Wanita yang pernah mendapat senyum bulan

Belajar Gitar

Day 4
*****


Tulisan hari ini benar-benar random.

Seorang teman pernah bertanya dalam suatu perkumpulan, "Sedang sibuk apa sekarang?" katanya.  Aku berpikir sejenak, apa ya? Sejujurnya saja, aku bukan orang yang selalu menenggelamkan diri dalam kesibukkan. Maka untuk menjawab pertanyaan tadi, aku berkata, "Sedang sibuk belajar gitar."

Memang benar, akhir akhir ini aku lebih sering menyentuh gitar. Ingat, menyentuh, bukan memainkan.  Aku bahkan membeli gitar baru demi untuk bisa belajar lebih sering.  Alasan pertama yang muncul di kepalaku untuk belajar gitar sebenarnya agak "nyeleneh":  Aku membayangkan suatu saat nanti bisa mengajarkan gitar pada anakku.  Sungguh pemikiran yang visioner bukaaan? hahahaha (mengusap rambut dari dahi ke belakang).

Dalam hal ini, aku sedikit serius.  Salah satu mempi besarku setelah menjadi seorang ayah nanti adalah aku ingin menjadi ayah yang dekat dengan anaknya.  Aku ingin memberi perhatian total pada anakku.  Aku ingin menyaksikan pertumbuahnnya dari hari ke hari.  Mengajarkan gitar kepada anakku adalah salah satu cara yang menurutku cukup efektif.  Kami bisa langsung berinteraksi setiap hari sebanyak yang kami mau.

Aku sempat bingung ketika orang yang bertanya tadi melanjutkan pertanyaannya, "Kenapa mengajarkan gitar, tidak pelajaran sekolah saja, seperti matematika misalnya?".  Aku harus menjawab apa?  sejujurnya, pertanyaan seperti itu tidak pernah terlintas dalam pikiranku.  Aku pun merasa heran, mengapa harus gitar>  mengapa tidak pelajaran sekolah saja?  Tidak ada alasan yang pasti dalam masalah ini.  Sekali lagi, aku hanya ingin dekat dengan anakku kelak.  Bila harus melalui mengajarkan pelajaran sekolah, mungkin aku juga akan melakukannya.

Satu lagi yang ingin aku lakukan ketika kelak sudah memiliki anak: aku ingin menjadi pendongeng untuk dia.  Aku merasa dongeng di masa sekarang sudah mulai lenyap.  Coba saja perhatikan, zaman sekarang, mana ada orang tua yang masih membacakan dongeng untuk anaknya.  Padahal, menurut beberapa penelitian, membacakan dongeng untuk anak itu dapat melatih imajinasi si anak.  Dia bisa membayangkan apa yang sedang pendongeng ceritakan.  Tentu hal ini mendukung perkembangan otak anak.  Selain itu, melalui dongeng kita bisa menyisipkan pesan-pesan moral yang cukup berharga.  Kita bisa mengajari si anak tanpa dia merasa bahwa dirinya sedang belajar.  Melalui dongeng pula kita bisa menyelipkan pengetahuan-pengetahuan yang bisa dipelajari anak.

Kembali pada masalah belajar gitar.  Sejujurnya, aku sedikit lambat dalam hal ini.  Sejak SMP aku sudah memiliki sebuah gitar.  Namun karena bosan tidak juga bisa memainkan sebuah lagu pun, aku sempat menyerah.  Dan sekarang, semangat itu muncul lagi, dengan alasan berbeda.  Walaupun aku tidak bisa menjadi pemain gitar yang mahir, setidaknya aku mengetahui dasar dasar dalam bermain gitar sehingga suatu saat kelak, jika kesampaian, aku bisa mengajarkannya pada anakku.. Aaamiiin...

Wanita yang Menyukai Kecoa

Day 3
*****



Aku mengerutkan kening ketika pertama kali kamu bilang kamu suka kecoa. Aneh saja menurutku, ketika wanita lain takut bahkan benci dengan kecoa, kamu malah menyukainya.

Percakapan

Day 2
*****

Jam weker di atas meja belajarku menunjuk angka 2. Udara siang Kota Bogor sedang panas-panasnya.  Sudah beberapa hari  kota yang orang sebut sebagai kota hujan ini tak ditetesi air dari langit.   Kipas angin yang menggantung di langit-langit kamarku seolah tak berdaya mengusir udara panas yang memenuhi seisi ruangan.  Aku hampir memejamkan mata ketika telfon genggam yang kutaruh di samping jam weker berbunyi. Satu pesan masuk pada aplikasi WhatsApp-ku.  Pesan darimu

Menulis

Day 1

Menulis (kk), kata dasarnya adalah tulis, kemudian mendapat imbuhan me- sehingga membentuk sebuah kata kerja.  Menulis adalah kegiatan membuat tulisan yang awalnya menggunakan alat tulis berupa pensil, pena, kapur, dan sebagainya, ke dalam sebuah media datar berupa kertas, papan tulis, tembok, dan sebagainya.  Namun seiring dengan perkembangan teknologi, menulis pun kini bergeser arti, bisa menjadi mengetik di mesin tik atau komputer.  Intinya sekarang, menulis adalah membuat sebuah tulisan. Titik.

*abaikan

Cerpen : Pesan Ibu kepada Anak Laki-Lakinya tentang Cinta


Nak, besok kalau kamu menyukai seorang perempuan. Tidak apa-apa bila ibu tidak tahu, karena mungkin kamu malu mengatakannya. Ibu hanya berpesan agar kamu jangan sembarangan mengutarakan perasaanmu itu kepadanya. Kalau kamu mau mengutarakannya, maka kamu wajib mengabarkannya dahulu kepada ayah dan ibu. Karena perkara itu bukan main-main.

Bila kamu merasa belum cukup kuasa mengatakannya. Maka, jagalah dia dengan kamu menjaga perasaanmu sendiri. Jangan sekali-kali menyebut namanya sembarangan. Itu bisa menjatuhkan kehormatannya. Itu bisa menjatuhkan perasaannya dan berasumsi tentang kamu.

Kalau mau. Kamu diam, tapi tetaplah bergerak. Karena cinta itu energi yang luar biasa untuk melakukan banyak hal baik. Mudahkanlah urusannya diam-diam. Buatlah dia bahagia diam-diam. Kamu tidak usah tampil bak pahlawan yang seolah-olah selalu ada ketika dia butuhkan. Sembunyilah di tempat yang aman, tapi kamu selalu terjaga untuk membuatnya tetap aman.

Mudahkanlah urusannya, bantulah dia menyelesaikan masalahnya diam-diam. Buatlah dia bahagia diam-diam. Doakan dia dengan cara-cara yang ahsan. Kamu akan menjadi orang pertama yang bahagia karena dia bahagia. Karena, satu kesalahan besar laki-laki yang ibu tahu adalah mengatakan perasaannya tapi tidak siap untuk mengikatnya. Kamu anak laki-laki ibu, ibu akan marah jika kamu melakukannya diam-diam tanpa sepengetahuan ibu.

Rumah, 12 Mei 2015 | ©kurniawangunadi

Kemarau

Jam di laptop menunjukkan angka 11:43 malam. Kantuk sebenarnya sudah mulai memenuhi ubun-ubun kepala.  Mata pun sudah meminta untuk dipejamkan.  Hanya saja, pikiran masih mau melayang ke mana-mana.  Padahal, tak tentu juga arah yang menjadi tujuannya.

Well.  Akhir-akhir ini memang sering sekali saya merasa kebingungan sendiri:  Merasa ada yang harus dipikirkan tapi bingung sendiri harus mikir apa, merasa ada yang hilang tapi tak mengerti apa yang hilang, merasa ada yang harus dicari tapi bingung nyari apa dan di mana.

Lalu sampailah saya pada suatu hipotesis:  Jiwa saya sedang mengalami kekeringan hebat.

Betapa rasanya diri ini semakin hilang saja, semakin tak tentu arah. Semakin kabur saja pandangan akan arah dan tujuan hidup. Apa hidup ini hanya untuk menunggu mati?

 Sholat yang dulu tak pernah bolong, kini ada saja waktu yang tertinggal.  Puasa yang dulu sunnah pun dikerjakan, sekarang mana pernah?. Mata, tangan, dan seluruh anggota badan lain sudah tidak malu lagi bermaksiat.  Bahkan saat tulisan ini aku buat, aku belum melaksanakan shalat Isya. Ada apa dengan diri ini?



Sepotong Kue yang Masih Tersisa

"Kenapa seseorang tak bisa betah bersama seseorang yang lain sampai ujung waktu nanti?"

Mungkin kebanyakan orang menganggap perpisahan bukanlah sesuatu yang besar. perpisahan memang harus dijalani. Mungkin kebanyakan orang memiliki anggapan bahwa kita sebenarnya memang sedang melakukan perjalanan, berpindah dari satu tempat ke tempat lain, dari satu persinggahan ke persinggahan lain. Toh Setelah semua kebutuhan terpenuhi di persinggahan tersebut, yang perlu dilakukan adalah kembali melanjutkan perjalanan.

Entah aku yang terlalu bodoh atau mereka yang tidak mengerti. Bukankah justru di tempat persinggahan itulah kita harusnya menari dan bernyanyi, menikmati kebersamaan dengan orang yang kita cintai, mengumpulkan kenangan dan memori indah untuk bekal kita di perjalanan selanjutnya.?

Lalu apa artinya perpisahan?
Arrgh,... mengapa jiwa ini begitu amat sangat merisaukan perpisahan?
Mungkin   bukan perpisahan yang aku risaukan, melainkan bagaimana cinta yang telah terjalin dengan orang-orang terdekat di persinggahan ini akan segera berakhir. Dan, mengapa tidak kita bisa menikmati "sepotong kue yang masih tersisa" sebelum akhirnya habis, atau basi, atau dimakan semut.? Mengapa sulit sekali memahami bahwa sebenarnya perpisahan adalah bagian dari pertemuan? Mengapa sulit sekali memahami bahwa kenangan adalah sebuah bekal yang indah yang bisa kita dapat dari sebuah persinggahan?