Suatu hari aku mengobrol dengan
salah satu teman wanita. Dia berkata
bahwa dia bukanlah orang yang work oriented.
Setelah lulus nanti dia malah lebih ingin menjadi ibu rumah tangga
dibanding bekerja. Ini menarik, pikirku dalam hati. Tapi sayang waktu itu kami sedang berada di
atas motor sehingga aku tidak memiliki kesempatan membahasnya lebih dalam.
Memilih menjadi bu rumah tangga
dibanding bekerja menurutku adalah pilihan yang tepat, meski aku tidak akan
bilang bahwa wanita tidak boleh bekerja dan menghasilkan uang. Kita boleh menyepelekan penghasilan (uang)
yang diperoleh dari sekedar menjadi
ibu rumah tangga. Tapi kita tidak bisa
menyepelekan profesi ini. Profesi
sebagai ibu rumah tangga adalah profesi yang agung dan mulia. Tidak sembarang wanita bisa menjadi ibu rumah
tangga yang baik.
“Tapi sayang juga sih kuliah S2
kalau hanya jadi ibu rumah tangga,”
imbuh temanku tadi. Hey… untuk masalah
ini aku tidak sependapat. Tapi sayang
sekali lagi, ketika itu kami sedang berada di atas motor jadi niatku untuk
menyanggahnya aku urungkan. Menurutku, tidak ada pendidikan formal yang bisa
mengajarkan bagaimana menjadi ibu rumah tangga yang baik, terlebih menjadi ibu
yang baik bagi anak anaknya. Pendidikan
untuk menjadi ibu rumah tangga yang baik itu berlangsung seumur hidup, meski
tentu pendidikan formal juga bisa berpengaruh.
Banyak wanita yang memiliki pendidikan tinggi, bahkan telah menjadi
professor tapi rumah tangganya berantakan, anaknya tidak terurus karena
pendidikan sepenuhnya dibebankan pada pengasuh.
Tapi banyak pula yang tamatan sekolah dasar tapi kehidupan rumah
tangganya bahagia, anaknya menjadi orang berhasil di masyarakat. Tapi tentu saja ini tidak bisa
digeneralkan. Tingginya pendidikan
seorang wanita tidak berbanding lurus dan tidak berbanding terbalik pula dengan
keadaan keluarga yang dibentuknya.
Perkara menjadi ibu rumah tangga,
ibu rumah tangga bukanlah pekerjaan yang mudah untuk dilakukan Bersama dengan
suami membangun keluarga bahagia, sakinah
mawaddah warrahmah tidak bisa
dilakukan begitu saja. (Katanya) Perlu
kekuatan fisik dan mental serta kelembutan hati untuk menjalaninya.
Sebagai tambahan, aku lebih
setuju menyebut bahwa tugas seorang
istri adalah mendampingi suami, bukan melayani suami, meski tetap istri harus
turut dan patuh pada suami.
0 komentar:
Posting Komentar