Eksistensi






Untuk apa kita rajin rajin posting di media sosial, menumpahkan (hampir) setiap isi kepala dan (mungkin) hati berceceran di berbagai tempat? Karena kita mencari eksistensi. Barangkali sudah sifat dasar manusia untuk ingin diakui keberadaannya, baik oleh diri sendiri maupun orang lain.

Manusia adalah makhluk sosial. Se-soliter-soliternya dia satu ketika membutuhkan makhluk lain juga. Dan pencarian eksistensi barangkali adalah bagian dari ke-makhluksosial-an manusia.

Contoh sederhananya seperti ini ; kita merasa senang bila memiliki banyak follower dan merasa kecewa bila jumlah follower kita berkurang. Mengapa demikian padahal jumlah follower sama sekali tidak berpengaruh terhadap kehidupan nyata kita? (Kecuali bagi para pelaku endorse dan sebagainya). Jawabannya mungkin karena dengan semakin banyak follower kita merasa semakin banyak orang yang mengakui kehadiran kita.

Lalu apakah salah menuntut eksistensi dari orang lain? Oh, tentu saja tidak. Jika benar keinginan untuk diakui oleh orang lain adalah bagian dari diri manusia maka hal tersebut tidak bisa dihilangkan. Barangkali layaknya nafsu, harus ada pengendalian terhadap keinginan mencari eksistensi terhadap diri sendiri.

Printer Rusak dan Kamu





Seorang teman memberikan 2 buah printer secara cuma-cuma karena dia telah selesai kuliahnya dan akan segera pulang ke daerah asalnya. Sebulan lebih printer-printer itu disimpan di kamar kostku tanpa digunakan karena aku pun pulang kampung atas nama libur lebaran. Setelah kembali, aku bergegas mencoba kedua printer itu.

Aku coba mencetak tulisan sembarang dari drive d laptopku. Hasilnya tulisan yang tercetak printer 1 belang belang. Aku mencoba dengan menakai foto. Iseng aku meng-insert foto seorang wanita pada ms word. Ah... atas nama masa lalu. Eh hasilnya malah bagus. Printer kedua tidak jauh berbeda. Malahan lebih parah. Tinta hitamnya tidak keluar sama sekali. Aku coba tinta warnanya kembali memakai foto yang sama. Hasilnya bagus lagi.

Urusan printer aku menyerah. Setelah diotak atik dengan perintah pembersihan, hasilnya tidak berubah. Tinta hitamnya tidak tercetak dengan benar. Pun setelah aku menyuntikkan tinta baru sampai penuh. Hasilnya tetap sama. Pilihan yang tersisa adalah mengganti cartridge, dan biaya untuk membelinya cukup mahal. Akan lebih murah biayanya bila aku mencetak revisianku di rental saja.

Hasil mengotak atik printer menyisakan gambar yang, bagaimana yah menyebutnya, tidak enak untuk dibuang. Terlalu sadis untuk dimasukkan ke tong sampah. Salah aku juga sebenarnya mencoba printer dengan foto seorang wanita. Terlebih wanita itu, ah.. sudahlah.  Maka atas nama kemanusiaan (dan sedikit ingin mengenang masa lalu), aku gunting pula foto itu dari kertasnya dan aku iseng tempel di tembok.

Efeknya luar biasa.  Berbagai kenangan silih berganti melintas di kepalaku.  Setelah bertahun tahun lamanya, kenangan-kenangan itu ternyata tidak hilang dan malah mengendap di kepala, tercecer di bagian-bagian otak.  Ternyata aku pernah demikian gilanya menyukai seorang wanita.

Adalah perbuatan bodoh mencetak foto alumni hati lalu memajangnya.  Tapi aku melakukannya.

Abah Kahya's Family

Abah Kahya adalah kakek dari pihak bapak.  Ada beberapa keunikan yang kutemukan pada anak cucunya sehingga aku iseng menuliskannya di sini.  Sebelumnya, aku ingin menjelaskan dulu beberapa istilah yang mungkin masih asing, yang akan kugunakan dalam tulisan ini.

Abah : Kakek, ayah dari bapak/mamah
Ema (Ma) : Nenek, ibu dari bapak/mamah
Uwa  :  Pak De, kakak dari bapak/mamah
Bibi (Bi) :  Adik perempuan dari bapak/mamah
Mamang (Mang) : Adik laki-laki dari bapak/mamah

Dari pernikahannya dengan Ma Inoh, Abah memiliki 5 orang anak, yang dari kelimanya telah melahirkan 14 Cucu dan 16 Buyut. Beberapa keunikan yang ada di anak cucu abah di antaranya adalah:

1)  Selang seling.  Jenis kelamin dari kelima anak abah selang seling. Anak pertama, ketiga, dan kelima berjenis kelamin laki laki.  Sedangkan anak kedua dan keempat berjenis kelamin perempuan.
2)  Profesi anak-anaknya.  
     Anak pertama & terakhir berprofesi menjadi guru
     Anak kedua dan kedua terakhir berprofesi sebagai pedagang
     Anak ketiga berprofesi sebagai petani

3) Tata nama dari anak cucunya banyak yang diulang ulang:
     - Yayah
     - Mamah
     - Jeje
     - Mamah (lagi)
     - Mimin
     - Lalah
     - Cucu
     - Ceceng
     - Dindin
     - Cicin
     - Dikdik
     - Nanang
     - Iis
     - Wawan
     - Yeyen
     - Zam Zam

4)  Perceraian :  Anak pertama dan terakhir tidak pernah mengalami perceraian.  Sementara anak tengah (kedua, ketiga, dan keempat) pernah mengalami perceraian.  Uniknya, mantan istri dari anak ketiga selanjutnya menikah lagi dengan mantan suami dari anak ke empat


Setiap keluarga pasti memiliki keunikannya masing-masing, hanya saja kita sering terlalu sibuk dengan urusan kita sendiri sehingga mengabaikan apa yang sebenarnya keluarga kita miliki.
    

     -