Menulis: Day 30

Day 30
********


Subhanallah, alhamdulillah, laailaaha illallah, Allahu Akbar

Tiga puluh hari penuh aku menulis setiap hari di blog ini (lihat Tiga Puluh Hari Menulis Random). Dari awal memulail tantangan ini, niatku adalah membuktikan pada diri sendiri bahwa aku bisa.  Aku mampu menulis setiap hari selama tiga puluh hari.    Terlepas dari apa tulisan yang aku hasilkan, aku bisa sedikit bangga dan puas terhadap diri sendiri.  Aku berhasil membuktikan bahwa "jika aku mau, maka aku mampu".

Satu hal yang aku pelajari selama tiga puluh hari ini, bahwa menulis tidaklah mudah.  Semua orang bisa menulis, tapi belum tentu semua orang bisa menghasilkan tulisan yang baik.  Entah itu baik dari struktur tata bahasanya atau dari kandungan yang terdapat dalam tulisan tersebut.  Membaca ulang tulisan tulisanku selama tiga puluh hari ini, aku meragukan inang penulis telah hinggap di diriku.  Aku bukanlah seorang yang lahir dengan bakat untuk menyampaikan ide lewat tulisan.  Aku hanya orang yang memiliki kemauan untuk menulis.  Tentu saja ini menjadikanku harus banyak belajar lagi masalah kepenulisan.  Kesalahan dan kekurangan masih terdapat di sana sini dalam tulisanku.  Banyak tulisan yang membuktikan bahwa aku hanyalah tong kosong yang nyaring bunyinya.  Tulisanku banyak yang berantakan dan tanpa makna.   Sekali lagi aku harus banyak belajar kembali.

Menulis berbagai tulisan selama tiga puluh hari penuh bukanlah tanpa hambatan dan masalah.  Hambatan paling besar yang kutemui adalah susahnya mendapat ide tentang apa yang akan kutulis.  Ini membuktikan bahwa pengetahuanku tentang berbagai hal masih cetek dan belum ada apa apanya.  Orang yang dengan pengetahuan luas pasti mudah sekali bersikap kritis terhadap berbagai masalah, masalah kecil sekalipun. Ini pula yang membuatku sadar bahwa selama ini sedikit sekali tulisanku yang berisi.  Kebanyakan kosong tak memiliki kandungan apapun.

Hambatan kedua adalah sulitnya aku memfokuskan pikiran dan memanfaatkan waktu dengan baik.  Karena proyek ini, tugas akhirku terbengkalai.  Sebenarnya  hal ini tidak bisa dijadikan alasan atas terbengkalainya tugas akhirku.  Waktuku di luar mengerjakan proyek tiga puluh hari ini masih banyak.   Dan itu hanya kuhabiskan dengan hura hura.    Tapi aku merasa aku adalah orang yang tidak bisa membagi dua pikiran sekaligus.  Ketika aku sedang mengerjakan satu hal, maka satu hal itulah yang fokus aku pikirkan.  Aku tidak bisa memikirkan hal lainnya.  Dan masalah tugas akhir ini, entah setan apa yang telah meracuni dan pikiranku yang menjadikan aku malas sekali dalam mengerjakannya sehingga aku mengalihkan pikiran pada proyek tiga puluh hari ini.

Namun pada akhirnya, tiada yang sia sia bila kita bisa mengambil hikmah dari setiap yang ada.  Semoga tulisan yang telah kutulis selama tiga puluh hari ke belakang bisa diambil pelajaran terutama bagi diriku sendiri.

Allahu A'laam...


Tandang48

Day 29
********




Satu hal yang paling ku syukuri dalam hidup ini adalah aku pernah dipertemukan dengan orang orang yang bisa menerimaku apa adanya.  Mereka adalah tempat pelabuhan pertama ketika aku sampai di suatu negeri antah berantah ini.  Mereka adalah rumah yang bisa menjadi tempatku pulang ketika berbagai masalah dan rasa lelah menghujaniku.  Mereka adalah selimut Khadijah bagi Muhammad ketika pertama menerima wahyu. Nyaman. Ketika semua orang mengabaikanku, merekalah yang dengan rela mengulurkan tangannya, menyambutku dan menarikku ke tengah tengah mereka.

Bagiku, mereka adalah sebuah hujan yang turun di tengah tanah yang gersang.  Menyejukkan.  Namun layaknya sebuah hujan, ada kalanya ia pun reda.  Hukum alam pula lah yang membuatnya demikian.  Maka ketika semuanya harus memudar, mau tak mau aku pun harus memahami bahwa semua memiliki batas waktu.  Begitu pula dengan kebersamaan.  Ketika semua orang telah sibuk dengan urusan masing masing, satu persatu dari mereka pun menghilang.  Sekali lagi akulah yang harus paham dengan keadaan, karena satu orang yang memahami bayak lebih bijaksana ketimbang banyak orang yang memahami satu.  Tapi satu hal yang harus mereka tahu, aku mencintai kebersamaan di antara kita.

Biarlah aku menjadi orang yang cintanya tak terbalas, karena bagiku, cinta itu sendiri adalah kebahagiaan.  Kadang sakit memang, tapi aku tidak akan menyesal melakukannya.  Ada suatu ketika, empat puluh atau lima puluh tahun dari sekarang, aku akan duduk di depan anak cucuku, bercerita pada mereka bahwa dulu aku pernah berada di antara orang-orang hebat, bahwa dulu aku pernah bersama mereka.  Maka dengan bangga dan wajah yang sumringah, aku akan menularkan kenangan kenangan yang selama ini aku jaga.  Aku tidak akan menyesal.

***


You say my love is all you need, to see you through
But I know these words are not quite true

Here is the path you're looking for, an open door
Leading to worlds you long to explore

Go, if you must move on alone
I'm gonna make it on my own

Kiss me good-bye, love's memory
Follow your heart and find your destiny
Won't shed a tear, for love's mortality
For you put the dream in my reality

As time goes by I know you'll see this of me:
I loved you enough to let you go free

Go, I will give you wings to fly
Cast all your fears into the sky

Kiss me good-bye, love's mystery
All of my life I'll hold you close to me

Won't shed a tear for love's mortality
For you put the dream in my reality

Kiss me good-bye, love's memory
You put the dream in my reality


(Kiss Me Goodbye-Angela Aki)

Perpisahan (2)

Day 28
*******




Tak pernah terbersit sedikitpun penyesalan di hatiku karena telah dipertemukan denganmu, meski pada akhirnya perpisahan jualah yang harus menjadi akhir. Setiap pertemuan, setiap percakapan antara kita adalah rahmah yang tak bisa ternilai harganya. Maka telah cukuplah segala rahmah itu kurengkuh. Tak perlu lagi kuharap lebih karena segala yang kau beri telah begitu berarti. Bila memang kamu harus pergi, kan kuberi sayap penghabisan ini untuk kau terbang pergi. Kan kutitipkan kau pada semesta yang siap menjagamu nanti. Biarkan aku tetap di sini, sebagai pungguk yang tetap merindukan rembulan. Bukan diriku terlalu pengecut untuk bermimpi, hanya aku mengerti kekurangan diri. Permata yang berharga tak pantas berada di jari pengemis. Dan bidadari sepertimu tak pantas bersanding pendosa sepertiku.


For someone who showed me the moon, thank you

Jus Mangga dan Jus Melon

Day 27
*******



Aku menyukai jus mangga.  Aku pun menyukai jus melon.  Tapi ketika keduanya di campur, jujur saja aku kurang menyukainya. Aneh.  Terasa asing di lidah dan mulutku. Keaslian rasa dari keduanya serasa hilang, saling mengotori.  Jangankan rasanya, namanya juga sudah tak jelas.  Bukan jus mangga, bukan juga jus melon. Entah jus mangga yang dicampur jus melon atau jus melon yang dicampur jus mangga.

Apa maksudnya?  pikirkan sajalah...

Am I Exist?

Day 26
********


Kembali lagi aku ingin menanyakan keberadaanku di muka bumi ini, bahwa nafas masih mengalir keluar masuk alveolus entah lewat mulut atau hidung, bahwa darah masih mengalir dipompa jantung,  bahwa nadi masih berdenyut tanda belum dicabutnya nyawa dari badan.

Seseorang dikatakan masih nyata apabila dia bisa dilihat, didengar, atau dirasakan sentuhannya.  Aku meragukan itu semua masih ada padaku, ketika panggilanku tak dideongar seolah suara yang dengan susah kukeluarkan adalah angin belaka yang berhembus bahkan tak sampai pada gendang telinga, ketika aku melintas seolah orang orang tak melihat keberadaanku di sana, ketika sentuhan, ah sudahlah...

Bagiku, manusia di sekelilingku justru tak ada bedanya dari robot yang telah terprogram untuk melakukan sesuatu.  Tak ada nurani lagi dalam dirinya yang membuat ia berlaku selayaknya manusia: saling mengasihi dan mencintai.  Yang ada dikepalanya hanya "menguntungkan atau merugikan", buat apa didekati jika tak bisa mendatangkan untung.?  Bagi mereka, perbedaan adalah suatu hal tabu.  Maka ketika orang sepertiku hadir, yang tampak hanyalah orang cacat dan pesakitan.  Apa yang ada padaku adalah borok yang mudah menular bahkan hanya dengan memandangnya.  Tak heran ketika aku melintas, tak satupun orang yang sudi mengindahkanku.

Begitulah adanya;  aku melawan dunia.  Tentu pihak yang salah dan yang salah adalah diriku sendiri hingga buangan menjadi kata yang pantas untuk diriku.  Hina.  Sampah sepertiku memang tak berguna.  Tapi asal kau tahu saja, aku tak butuh kalian semua!


Katanya : Hujan Bulan Juni

Day 25
********


Katanya, tak ada yang lebih indah dari hujan bulan juni. Nyatanya, hujan tak kunjung datang. Ia seperti hilang disingkap kemarau yang menjelang.  Atau justru hujanlah yang sudah malas untuk datang, tersebab sudah tidak ada lagi alasan ia datang?  Jika iya, congkaklah ia!

Katanya, tak ada yang lebih indah dari hujan bulan juni.  Nyatanya, hujan hanya datang ke tempat yang ia inginkan .  Pilih pilih. Tanah tandus seperti tempatku tinggal justru malas baginya untuk singgah.  Ah benar benar congkak!

Ingin aku bersikap seolah hujan bulan juni tidaklah penting, hingga datang atau tidaknya ia tak berpengaruh pada tanahku. Tapi ternyata, tanahku tambah gersang tanpa hujan.  Tanahku kerontang.

Hujan bulan juni.  kamu berhasil membuat semua tanah merindukanmu meski kamu justru bersikap acuh pada mereka.  Hujan bulan juni memang menyebalkan.

Diary Hari Ini

Day 24
********



Sabtu, 20 Juni 2015

Baiklah, untuk tulisan hari ini saya akan membuat diari satu harian ini. Suer, sebenarnya tadinya ga ada niatan buat nulis diari. Tapi karena kehabisan ide untuk tulisan, apalah daya.

Permintaan Maaf

Day 23
*******


Mataku sedang menatap kosong ke depan kelas ketika telfon genggam dalam saku celanaku bergetar.  Kurogoh ia dengan malas sambil setengah mengumpat, siapa pula orang yang mengirim pesan singkat di tengah perkuliahan seperti ini?

Bintang

Day 22
********


Malam 2 Ramadhan.
Malam ini tanpa bintang
Malam ini tanpa bintang, kataku
Tak ada yang mengingatkanku padamu
Tapi aku tetap mengingatmu
Aku merindukanmu.

Guntur

Day 21
********


"Prakk,"  suara gelas setengah kubanting beradu dengan meja yang sama terbuat dari kaca.  Minuman kekuningan masih tersisa memenuhi setengah gelas itu.  Sementara di sisi lain empat gelas berukuran sama  telah kosong tak berisi.  Yang tersisa hanya tetesan-tetesan kekuningan yang mengalir di dinding-dindingnya.  Di tengah meja berdiri angkuh botol botol hijau berjumlah lima buah.  Satu diantaranya masih penuh berisi cairan kekuningan yang sama.

Islam: Aliran Apa?


Day 20
********


Saya selalu merasa aneh jika ada orang yang bertanya baik ke saya langsung maupun ke teman saya, "Kamu Islam?  Aliran kamu apa?", padahal orang yang bertanya itu sendiri mengaku dirinya Islam.

Sejak kapan di Islam ada aliran-aliran?

Sejak dulu, Islam itu satu, yaitu Islam yang dibawa Nabi Muhammad saw. Dan sampai kapan pun Islam akan seperti itu.  Maka ketika ada orang yang bertanya semisal "Kamu aliran Islam apa?"  cukup kita jawab "Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad."

Umat Islam berpedoman pada beberapa hal.  Pedoman umat Islam yang utama adalah Al-Qur'an dan Hadist.  Pedoman selanjutnya adalah Ijma'  atau kesepakatan para ulama.  Al-Qur'an sudah tidak diragukan lagi kebenarannya, maka tentu bila ada orang yang mengaku beragama Islam tapi tidak melaksanakan apa yang ada dalam Al-Qu'an, atau memiliki pemahaman yang bertentangan dengan apa yang telah ditulis dalam Al-Qur'an maka orang itu dapat kita anggap menyimpang.  

Pedoman kedua adalah Hadist, atau ucapan dan/atau perbuatan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad langsung.  Hadist ini merupakan penerang atau contoh penerapan dari Al-Qur'an.  Maka aneh sekali jika Hadist bertentangan dengan Al-Qur'an.  Hanya saja validitas hadist tidak 100%.  Ada hadist yang memang telah dipalsukan oleh orang-orang yang menghendaki kesesatan Islam.  Meski demikian, kita dapat mengikuti hadist yang periwayatnya sudah diakui keabsahannya misalnya Bukhari dan Muslim.

Pedoman selanjutnya adalah Ijma'.  Dalam hal inilah banyak ulama yang memiliki pendapat berbeda antara satu dengan lainnya.  Perbedaan ini berlanjut sehingga timbul mazhab seperti mazhab Syafi'i, Hambali, Hanafi, dan Maliki.  Memang ada beberapa perbedaan antara mazhab satu dengan lainnya.  Namun perlu diketahui, secara substansial, setiap mazhab masih sama.  Maka tidak bisa dikatakan bahwa ada pertentangan antara satu mazhab dengan mazhab lainnya.  Perbedaan itu rahmat bagi orang yang berpikir.  Rasul pun telah mencontohkannya.

Maka sangat salah bila kita menganggap mazhab adalah suatu aliran tersendiri dalam Islam. Di islam tidak mengenal aliran.  Semua berpegang teguh pada syari'at.  Islam tidak boleh terpecah belah karena adanya golongan-golongan yang memiliki pandangan berbeda.  Selama pandangan itu tidak menyimpang dari Al-Qur'an dan hadist, maka itu Islam.

Mulai dari sekarang, mari kita (termasuk saya) pahami lagi arti perbedaan yang sesungguhnya.  Islam itu satu.  Islam itu tidak terpisah belah oleh negara, suku, golongan, atau mazhab-mazhab sekalipun. Jangan merasa benar sendiri.  Sesungguhnya kebenaran itu milik Allah.

Wallahu a'lam
Shadaqallah al-Adziim...

Topeng

Day 19
********



Di hari tua nanti kita akan mengingat kita pernah hidup di zaman suspend FIFA, Gobloknya otak penyelundup burung mengunakan botol air mineral, izin pendaratan ufo di monas serta penghargaan pidato "terbaik" sepanjang sejarah kepresidenan Indonesia. Dunia memang tidak pernah baik. Sebaik apapun pandangan kalian, semua yg bernada positif serupa analgesik dan nyanyian positif hanya alat bantu pengangkat image. Manusia adalah manusia. Ia tidak pernah sempurna. Semua kalimat nyinyir dan sindir saya selama ini juga sebagai pengingat kepada kalian bahwa saya adalah manusia. Menjadi apa adanya karena ketidak sempurnaan saya lebih baik daripada berwajah baik tetapi mematikan.

Balada Sebuah Apel

Day 18
********



Suatu hari aku memiliki sebuah apel.  Apel itu bentuknya sangat simetri.  Kulitnya merah mengilap dan mulus.  Tidak ada bekas ulat atau serangga pernah hinggap di kulit itu.  Ukurannya tidak terlalu besar memang, namun cukup untuk dimasukkan ke dalam golongan apel unggul.  Apel berbentuk demikian dengan hanya melihatnya saja kita sudah bisa menebak rasanya, pasti manis dan bertekstur lembut.

Farewell Part(y)

Day 17
********


Baiklah kamu benar dan aku salah.  Tidak perlu ada ucapan perpisahan karena memang perpisahan bukan untuk dirayakan. Lagipula perpisahan hanya ilusi belaka.  Kita hanya hilang saja dari pandangan mata masing masing.  Sejatinya selama nyawa masih menggerakkan raga, tidak ada yang namanya perpisahan. Kita masih menjunjung langit yang sama.  Kita masih memijak tanah yang sama. Dan kita masih berada di bawah bulan dan matahari yang sama.  Maka mulai sekarang, mari hapus kata goodbye dan selamat tinggal dari kosakata kita masing masing.

Kenangan

Day 16
********


Malam telah cukup larut ketika aku masuk kamar temanku, Alam.   Ketika itu dia sedang memainkan sebuah lagu diiringi gitar milik teman kost yang lain.  Kebetulan lagu itu aku hafal dan kord nya mudah sehingga aku lekas mengambil gitarku dan ikut memainkannya.  Karena masih terbatasnya kemampuanku memainkan gitar, kami hanya memainkan dua lagu saja. Lepas itu, kami ngobrol ngaler ngidul  tentang beberapa hal.

Pertama, kami membicarakan karokean yang tadi aku lakukan bersama teman-teman, tentang asingnya lagu yang kami nyanyikan bagiku, tentang apa saja. Obrolan kami mengalir begitu saja, dari satu topik ke topik lain.  Kami juga sempat membahas masalah asmara teman-teman kami,, masalah anggota kelompok kami yang semakin buyar, masalah seorang wanita yang sama sama kami kagumi yang ternyata sudah menambatkan hatinya pada seseorang, dan ujungnya, kami mengingat masa sekolah kami dulu.

Aku dan Alam bersekolah di SMP dan SMA yang sama.  Ketika SMP kami memang tidak saling kenal karena kami berada di kelas yang berbeda.  Tidak ada kejadian yang membuat kami bisa berkenalan.  Baru di SMA kami masuk di kelas yang sama, X-1, Kelas Renville, Kelas Einsten Autist.  Puncak obrolan kami adalah ketika kami mengingat-ingat nama guru kami yang (astagrifulloh) sebagian telah kami lupakan.  Nama dan bentuk wajahnya pun telah banyak yang hilang dari ingatan kami. Obrolan berlangsung hingga larut, tak terasa jam dinding sudah menunjuk pukul setengah dua malam.

Satu hal yang aku pahami, ternyata menyenangkan memiliki banyak kenangan, terlebih ada orang yang menemani ketika kita mengenang setiap kejadian yang pernah sama-sama kita alami.  Dan alangkah ruginya orang yang tidak memiliki kenangan atau orang yang menyepelekan arti kenangan.  Aku jadi ingin berterima kasih kepada orang-orang yang telah singgah di kehidupanku, kepada orang-orang yang telah mencoretkan kenangannya di lembaran perjalananku.  Selanjutnya hal yang aku harus pahami adalah tidak semua orang yang pernah tinggal di hidup kita harus menetap selamanya.  Mereka sama-sama harus melanjutkan perjalanannya. Namun untuk terakhir kalinya, aku ingin memohon, jagalah kenangan yang telah kita buat bersama.  Tempatkan ia di tempat yang mudah dijangkau, di dalam kotak kenangan, atau dibungkus plastik dan diletakkan di dalam lemari kaca.  Simpanlah sebaik mungkin hingga suatu ketika, baik kita bersama atau kamu sendiri yang membukanya, kamu bisa menemukan hal-hal indah yang pernah kita lalui bersama.

Never say goodbye
Hum hain raahi pyar ke, phir milenge chalte-chalte

Pertengkaran Kemarin

Day 15
********


"Kamu di sana apa kabar?" itulah pertanyaan yang hampir tiap hari aku ucapkan.  Namun setiap hendak menanyakan padamu langsung, aku sendiri langsung bisa menjawabnya,"Kamu baik baik saja (meski tanpa diriku)" Kemudian akhirnya aku hanya bisa melihat isi profilmu dari media sosial yang semakin menegaskan bahwa kamu baik baik saja. Ya, kamu baik baik saja tanpa aku.

Adalah kebohongan bila aku berkata bahwa waktu tiga tahun bersamamu dapat kulupakan begitu saja.  Adalah kebohongan pula bila kini kamu telah hilang dari hati dan pikiranku.  Bagaimana tidak, waktu tiga tahun bukanlah waktu yang sebentar, terlebih banyak kenangan yang terjadi selama waktu itu. Ditambah dengan cara perpisahan kita yang tidak jelas menurutku, tidak ada kata perpisahan atau ucapan selamat tinggal di antara kita.

Jarak memang pembunuh paling keji dalam sebuah hubungan.  Awalnya kita memang baik baik saja berada di tempat yang berbeda, dalam jarak sekian ratus kilometer panjangnya.  Toh kita masih bisa bertegur sapa lewat teknologi.  Kita masih bisa berucap mesra seperti mengungkapkan rasa kangen kita lewat telfon atau pesan singkat.  Namun seiring waktu, segalanya berubah.  Atas nama pertumbuhan, kamu berubah, begitupun aku.  Kita menjadi sibuk dengan urusan masing-masing.  Intensitas percakapan kita semakin berkurang.  Ditambah biaya yang harus kita keluarkan demi dapat bertegur sapa.  Tak ada anggaran yang aku khususkan untuk dapat terus berbicara denganmu. Kita semakin jaran bercengkrama, hingga puncaknya, suatu malam kamu mengirim pesan singkat ke telfon genggamku.  Kamu berkata bahwa kamu kecewa padaku.  Aku kaget bukan kepalang.  Kukira hubungan kita baik baik saja.  Pertemuan yang sedang kuhadiri pun aku abaikan.  Aku menepi, menekan layar hp berkali kali untuk menghubungimu.  Setiap kali terhubung, sebanyak itu pula kamu menolak panggilanku.  Puluhan pesan singkat kukirimkan padamu dari telfon genggamku, dan tak satupun kamu membalasnya.

Semua serba tiba-tiba dan membingungkan.  Hingga detik ini, aku tidak mengerti apa yang membuatmu kecewa padaku.  Tindakanku kah? apa yang salah dengan tindakanku? Semua membingungkan.  Dan sialnya, tak ada satu kata pun darimu yang menjelaskan semuanya.  Kamu bungkam.  Setiap kutelfon, kamu selalu menolaknya.

Satu tahun lebih. Ya, telah satu tahun lebih kamu bersikap dingin seperti ini.  Padahal dalam waktu itu tak kurang dari seratus pesan singkat telah kukirimkan.  Aku pun menyerah.  Lelah.  tak ada itikad baik darimu untuk memperbaiki apa yang telah rusak.  Percuma saja bagiku mengharapkan semua kembali seperti dulu jika kamu sendiri tidak mau melakukannya.  Kamu egois.

Aku menyerah.  Aku pasrah.  Hidupku harus terus berjalan.  Aku harus menjalani hidup sebik kamu menjalaninya, tanpa diriku.  Kamu bertemu orang-orang baru, pergi ke tempat-tempat baru, menjalin hubungan dengan orang baru, aku pun akan melakukannya.  Bukan sebagai pembalasan dendam terhadapmu.  Percayalah, sudah sejak lama aku memaafkanmu.  Aku melakukannya hanya karena aku sendiri sadar, dunia masih terus berputar.  Aku harus tetap tumbuh, menjalani kehidupan yang baru, menghargai orang-orang yang saat ini ada di sisiku, menghargaiku.




***

I just wanna be alone tonight
I just wanna take a little breather
Cause lately all we do is fight
And every time it cuts me deeper


Cause something’s changed
You’ve been acting so strange
And its taking its toll on me
Its safe to say that I’m ready to let you leave


Without you, I live it up a little more everyday
Without you, I’m seein myself so differently
I didn’t wanna believe it then
But it all worked out in the end
When I watched you walk away
Well I never thought I'd say
I’m fine
Without you


Called you up cause’ it’s been long enough
And you said that you were so much better
We have done a lot of growing up
We were never meant to be together


Cause something changed, you were acting so strange
And it’s taken its toll on me
It’s safe to say that I’m ready to let you leave


Without you, I live it up a little more everyday
Without you, I’m seein myself so differently
I didn’t wanna believe it then
But it all worked out in the end
When I watched you walk away
Well I never thought I'd say
I’m fine
Without you


Cause something changed, you were acting so strange
And it’s taken it's toll on me
It’s safe to say that I’m ready to let you leave


Without you, I live it up a little more everyday
Without you, I’m seein myself so differently
I didn’t wanna believe it then
But it all worked out in the end
When I watched you walk away
Well I never thought I'd say
I’m fine,
Without you


Without you
Without you
Without you
I just wanna be alone tonight,
I just wanna take a little breather. 

(Hinder-Without You)



Balada Mahasiswa Tingkat Akhir

Day 14
********


Dua minggu sudah aku menantang diri sendiri untuk menulis setiap hari selama sebulan penuh.  Menulis apa saja yang ada di pikiranku.  Di hari ke empat belas ini aku berpikir, aku melakukan ini untuk apa?  Apa gunanya untukku?  Banyak kegiatan dan pekerjaan lain yang sebenarnya bermanfaat bagiku, salah satunya adalah mengerjakan tugas akhir kuliah yang sampai saat ini mandeg, tidak ada kemajuan sama sekali. 

Namun semakin berusaha menyangkalnya, aku semakin ingin menulis.  Aku ingin mengalahkan diriku.  Aku ingin membuktikan pada diri sendiri bahwa aku bisa.  Aku bisa menulis setiap hari selama sebulan penuh, meski harus sedikit mengorbankan dan mengabaikan tugas akhirku.  

Hingga saat ini  tidak ada seorang pun yang berhasil memahami apa yang ada di kepalaku, terlebih teman-teman sekelas yang selalu beranggapan bahwa aku maniak media sosial, aku adalah seorang penggalau yang stuck dan hanya bisa menumpahkan segala isi hatinya ke dalam status medsos.  Tapi tenang saja, aku tidak akan menyalahkan mereka.  Aku tidak akan bersikap seperti mereka.  Aku akan mencoba memahami mereka bahwa tidak sepenuhnya orang-orang itu mengenal siapa aku sebenarnya sehingga mereka hanya bisa menghakimi diriku berdasarkan apa yang mereka lihat dan mereka rasa saja. Seperti pepatah bilang, kan, langit saja tidak menjelaskan bahwa dirinya tinggi.

Mengenai menulis, aku memahami betul bahwa bakat menulis tidak benar benar ada di dalam diriku. Aku hanya orang yang berandai andai bisa menulis. Itu saja.  Jadi aku belajar menulis.  Toh dari dulu aku menulis untuk diriku sendiri.  Bila ada orang yang mau membaca, terlebih memahami tulisanku, aku anggap itu sebagai bonus saja.  Bukan tujuan utama.

Jadi, silakan mau berkata apa, aku ingin tetap menulis.




Bagaimana Jika?

Day 13
********


Kata "bagaimana" biasa digunakan untuk menanyakan cara melakukan sesuatu, dan "jika" biasa digunakan untuk menunjukkan adanya persyaratan untuk kondisi tertentu.  Ketika keduanya digabung, maka bisa jadi kalimat tanya yang sangat membingungkan:  Bagaimana jika?

*Bagaimana jika ternyata gadis yang kamu sukai telah memiliki pacar?

*Bagaimana jika pacarnya tersebut ternyata sahabatmu sendiri?

*Bagaimana jika ternyata sebentar lagi mereka akan melangsungkan pernikahan?

Kamu mau jawab apa, coba?



Dear FR

Day 12
********


Feri Rivaldi

Aku tidak akan menunjukkan tulisan ini langsung padamu.  Tapi aku ingin suatu saat nanti, entah sengaja atau tidak, kamu akan membacanya.  Aku ingin membiarkan takdir bekerja dengan caranya sendiri.

Aku mengakui, sampai detik ini sungguh jauh untuk bisa menjadi kakak yang baik untukmu, bahkan  seumur hidupku, mungkin aku tidak akan bisa mencapainya.  Tapi ketahuilah, demi Tuhan, aku menyayangimu.  Aku ingin segala yang hal yang terjadi padamu adalah hal terbaik.  Aku ingin segala keberkahan dan keberuntungan menyertaimu.  Maafkanlah segala kesalahan yang telah kulakukan, dan mungkin akan kulakukan nanti kepadamu.  Satu hal yang sampai saat ini menghantuiku adalah ketika aku dengan sengaja berbuat salah kepadamu hingga kamu menangis kala itu.  Maafkan aku.  Bila bisa kuputar kembali waktu, aku rela melakukan apa saja agar tidak pernah kejadian itu aku lakukan.

Kamu harus percaya bahwa hal terbaik yang pernah aku miliki sampai saat ini adalah dirimu.  Hal yang amas sangat kusyukuri adalah lahirnya dirimu.  Terima kasih karena telah lahir ke dunia ini dari rahim yang sama denganku. Waktu kamu masih bayi aku memang sempat iri padamu karena Mamah lebih mementingkan dirimu.  Tapi percayalah, itu hanya sikap bocah yang terlalu takut kehilangan apa yang telah dia miliki.  Sekarang aku menyadari, betapa seringnya orang tua kita lebih mementingkan kepentinganku dibanding kepentinganmu.  Berapa sering kamu harus mengalah demi aku, padahal aku kakakmu.  Maafkan aku pula untuk hal ini.

Belakangan, aku mendengar kamu menang lomba di tingkat kabupaten, dan akan menjadi wakil untuk berlomba di provinsi.  Aku sangat bangga dan bahagia mendengarnya.  Kamu telah melakukan sesuatu yang membanggakan.  Kamu luar biasa.  Ketika aku seumuran denganmu, aku bahkan harus mencontek ketika mengerjakan pekerjaan rumah.  Kamu hebat.  Apapun hasilnya nanti, kamu harus percaya bahwa kamu telah melakukan hal terbaik yang bisa kamu lakukan.  Jangan jadikan hasil sebagai sesuatu yang paling utama.  Hargailah proses.  Jangan pernah menyesali hasil yang tidak memuaskan ketika kamu telah bersungguh sungguh berusaha dan melakukan yang terbaik.  Manusia hanya bisa berusaha, selebihnya, biarkan Tuhan yang berkehendak.  Lapauilah kemampuan Bapak, lampauilah kemampuanku, dan lampaui dirimu sendiri.  Jadilah orang yang sukses, maka aku akan semakin bangga dengan dirimu.

Jika kita besar nanti, bahkan ketika kita berdua sudah memiliki keluarga sendiri, aku berharap hubungan kita akan baik-baik saja.  Percayalah, aku akan tetap menyayangimu.  Aku akan tetap berharap segala kebaikan terjadi padamu.

Sebenarnya masih banyak yang ingin kusampaikan padamu.  namun ternyata, bibirku kelu, dan jariku kaku.  Terima kasih telah menjadi adik yang baik untuk kakak sepertiku.

Getting Old

Day 11
********




Anak-anak angkatan 52 sudah berdatangan di IPB.  Itu berarti tinggal menghitung hari aku akan genap 4 tahun tinggal di Bogor dan kuliah di sini. Rasanya belum cukup bagiku menimba pelajaran dan pengalaman di sini.  Belum banyak manfaat yang bisa kuberikan untuk diriku dan orang orang di sekitarku.  Belum banyak karya yang bisa kuhasilkan selama aku berada di sini.

Tak terasa semakin tua saja umurku. Memori empat tahun lalu pun memutar kembali di kepala, tentang pertama kali menginjakkan kaki di rumput taman rektorat IPB, tentang sepupuku yang muntah ketika baru saja keluar dari mobil, tentang perlakuan semena-mena yang didapat Bapak ketika memasuki gedung rektorat, tentang pertama kali tiba di asrama, tentang masa-masa awal tinggal di asrama, di lorong 9 gedung C1, tentang beratnya berpisah dengan kedua orang tua dan keluarga.  Ahh.. ternyata kejadian-kejadian yang telah kualami, baik yang pahit maupun yang manis, kini menjadi kenangan yang indah untuk diingat.

Kini, rasanya keberadaanku sudah tidak diharapkan lagi kota hujan ini.  Aku seperti didorong-dorong untuk segera pergi, meski urusanku di sini masih banyak yang harus aku tuntaskan.  Di lain sisi, skripsi dan tektek bengeknya seakan suatu beban yang menahanku untuk segera pergi.


Saturday Night

Day 10
*******



Malam ini.
"Kenapa sih di Indonesia ini harus ada tradisi malem mingguan?  Bikin macet aja tau!," kamu memekik kesal. Sayang aku tidak bisa melihat wajahmu karena aku tak mungkin membalikkan badanku di atas motor.  Lagipula mataku harus fokus pada jalanan di depan.  Padahal aku selalu suka melihat raut wajah kesalmu.

"Mungkin orang Indonesia merasa sibuk dan jenuh beraktifitas sepanjang minggu hingga merasa perlu penyegaran di malam minggu," jawabku.

"Sibuk apanya?  Kebanyakan yang malam mingguan itu kan  para pemuda yang mau pacaran. Lagian kenapa harus malam minggu?  kenapa ga malem sabtu atau malem-malem yang lain?" katamu lagi, masih dengan nada ketus.

"Karena besoknya hari minggu, libur.  Jadi mereka bisa begadang semalaman." 

"Emang iya? Harus begitu yah?" 

"Engga juga sih.  Heheheh.."  jawabku.

Motor yang kami kendarai memasuki pertigaan tanpa lampu merah.  Sopir-sopir yang tidak sabar memaksakan mobilnya untuk masuk jalan utama.  Tentu saja hal ini memancing kemarahan sopir lain.  Mereka yang tidak terima--dengan tidak sabar pula-- membunyikan klaksonnya keras keras.  Bahkan di antara mereka kudengar ada yang sambil memaki, mengeluarkan kata-kata kotor. 

"Kamu ga bisa nyelip-nyelip yah?  masuk diantara celah mobil-mobil gitu?" katamu.

"Mau nyelip gimana mobilnya juga pada nggak ngasih celah."

"Kalo ga cepet martabaknya keburu dingin. Ga enak kalo udah dingin."

"Iya, Neng, sabar yah..."

***


Dua tahun lalu.

"Hai, namaku Andiana.  Salam kenal semuanya." tulismu di chat grup kita.  Beberapa teman yang lain merespin perkenalanmu dengan menyebut nama mereka masing masing. Aku pun tidak mau kalah.

"Hallo Andiana. Salam kenal juga. Namaku Danial, tapi biasa dipanggil Omen.  jangan tanya kenapa bisa gitu, aku juga ga ngerti. hahahah" tulisku.

"Hai Danial, eh Omen.  Jauh banget yah panggilannya.haha" jawabmu

Lalu setelah itu, percakapan kita pun mengembang.  Teman-teman yang lain pun ikut menanggapi.  Obrolan di grup semakin ramai.  Satu hari bisa sampai 100 percakapan yang muncul.  Kita membahas apa tentang segala hal, mulai dari perang stiker, sampai masalah-masalah penting yang memang perlu didiskusikan.  Membuka grup chat menjadi menyenangkan.  Aku bisa membaca celotehan-celotehan polos yang anak anak tuliskan. Benar-benar menyegarkan.

Hari berganti. Pertemuan diantara kita semakin sering saja.  Meski sebenarnya hanya berupa makan malam bersama, tapi hal itu sungguh menyenangkan.  Sangat berbeda dengan ketika kita melakukannya seorang diri. Berteman tidak pernah kusangka semenyenangkan ini.
 


Benci dan Cinta

 Day 9
*******


Kamu tahu mengapa aku sangat-sangat membencimu? 
Karena aku berharap akan timbul cinta setelah kebencian itu reda.  Bukankah batas antara benci dan cinta itu tipis? Maka dengan segala cara yang kulakukan, dengan segala benci yang kudeklarasikan, sebenarya ada keinginan kuat untukk mencintaimu.

Berlebihan

Day 8
*******

Seorang wanita menangis karena apa yang telah aku lakukan.

Tulisanmu

Day 7
******


Mengapa selalu menyenangkan membaca setiap tulisanmu?  Mengapa selalu menyenangkan melihat tanganmu memegang pena, meliuk-liukkannya membentuk huruf demi huruf di atas kertas?  Mengapa selalu menyenangkan membaca apa yang kamu pikirkan, lewat sebuah tulisan?


Tumpahkan Saja

Day 6
******


Sejak sore tadi bogor diguyur hujan, langit seolah tak kuasa lagi menahan awan hingga harus segera ditumpahkannya lewat tetes-tetes hujan. Ya, memang bila sudah tidak kuat lagi untuk menahannya, tumpahkan sajalah.  Orang-orang yang tak mengerti mungkin akan mengeluh, memaki, bahkan menghujatmu. Toh kita memang tidak bisa, dan tidak harus bisa membuat semua orang menyukai kita. Namun percaya saja, masih ada orang yang senang menari di bawah guyuran hujan.  Percaya sajalah!

Day 6

Day 6
******


H-beberapa jam Siska Wisuda
Lama aku memandangi layar laptop tanpa menuliskan satu kata pun.  Terlalu banyak pikiran dan perasaan bercampur aduk  sampai isi kepala tak bisa nyambung dengan jari-jari tangan.  Tadinya aku bertekad tulisan malam ini harus ringan, harus terbebas dari yang namanya perasaan.  Tapi tetap saja aku tidak bisa menghindarinya.

Apa yang harus aku tulis?


Akhirnya aku tidak menulis apa-apa.

Wanita yang Pernah Disenyumi Bulan

Day 5
*****

Senin, 1 Juni 2015

Untuk Aulia Novita Rachmawati
Wanita yang pernah mendapat senyum bulan