********
Di hari tua nanti kita akan mengingat kita pernah hidup di zaman suspend FIFA, Gobloknya otak penyelundup burung mengunakan botol air mineral, izin pendaratan ufo di monas serta penghargaan pidato "terbaik" sepanjang sejarah kepresidenan Indonesia. Dunia memang tidak pernah baik. Sebaik apapun pandangan kalian, semua yg bernada positif serupa analgesik dan nyanyian positif hanya alat bantu pengangkat image. Manusia adalah manusia. Ia tidak pernah sempurna. Semua kalimat nyinyir dan sindir saya selama ini juga sebagai pengingat kepada kalian bahwa saya adalah manusia. Menjadi apa adanya karena ketidak sempurnaan saya lebih baik daripada berwajah baik tetapi mematikan.
(Lezzano : Closing Text Party 2015 : Anjing!)
***
Seberapa pentingkah keterbukaan atau tampil apa adanya? Seberapa bahayakah orang yang selalu berpura pura dalam hidupnya? Mana yang lebih baik, berpura pura baik, atau tanpil apa adanya sebagai orang tidak baik? Pilihan selalu ada di tangan kita. Ke mana arah kita melangkah selalu ada dalam kuasa kita.
Kebanyakan dari kita (termasuk saya) gagal paham apa arti dari sebuah kebaikan. Kita selalu gagal menemukan apa tujuan sebenarnya yang membuat kita berbuat baik. Coba kita resapi lagi seberapa pentingkah penilaian orang lain terhadap diri kita. Seberapa banyak tindakan yang kita lakukan hanya untuk menunjukkan bahwa diri kita adalah orang baik. Kita terus terusan saja memakai topeng di wajah kita tanpa sadar topeng itu perlahan menempel di wajah kita dan menutupi seperti apa bentuk kita sebenarnya.
Dunia telah terlanjur berjalan dengan sistem yang ada; segala sesuatu yang bisa mendatangkan manfaat akan kita dekati, dan segala sesuatu yang merugikan akan kita jauhi; Orang akan berduyun duyun mendekati kita ketika menurutnya kita dapan memenuhi apa yang diinginkannya. Jika tidak, melirik pun enggan. Sialnya, kita tidak pernah bisa hidup seorang diri. Hal ini memperparah keadaan kita. Kita semakin enggan untuk melepas topeng yang kita kenakan.
0 komentar:
Posting Komentar