********
Sabtu, 20 Juni 2015
Baiklah, untuk tulisan hari ini saya akan membuat diari satu harian ini. Suer, sebenarnya tadinya ga ada niatan buat nulis diari. Tapi karena kehabisan ide untuk tulisan, apalah daya.
Hari ini adalah hari ketiga puasa. Seperti dua hari sebelumnya, makan sahurku adalah nasi bikinan sendiri yang terlalu keras karena kekurangan air pada saat dimasak, dengan lauk berupa telur goreng yang kuningnya dipecahkan dan digoreng sematang mungkin, ditambah dua buah kerupuk yang kubeli dari warung di depan kostan beberapa hari lalu. Bukan karena ingin hidup susah, bukan juga mau nyiksa diri dengan sahur seadanya. Toh dengan seadanya pun saya masih kuat berpuasa (Sebenernya males beli buat sahur aja sih. mau masak ga bisa.)
Adzan Subuh berkumandang. Perjuangan dimulai. Sebenernya terlalu berlebihan sih kalau disebut perjuangan. Karena puasa hari ini kurang ada tantangannya. Seharian aku habiskan dengan tidur, online, dan nonton Running Man. Benar benar ga produktif. Sehabis sholat Subuh, niatnya sih enggak mau tidur lagi karena kalau tidur, kepala suka pening pas bangunnya. Tapi apalah daya, kantuk telah terlanjur menyerang akibat malamnya aku hanya tidur kurang dari tiga jam. Dengan berat, aku memilih membaringkan kembali badan di atas kasur. (Lebay yah?).
Astagfirullah, jam weker menunjuk angka 9 lebih. Berarti lebih dari tiga jam aku tidur. Ini memecahkan rekor terlama waktu tidur (pagi)ku. Biasanya meski seberapa besar rasa kantukku, aku bangun tidak pernah lebih dari jam 8. Sekali lagi mungkin karena malamnya aku begadang internetan. (ga produktif lagi). Dengan keadaan masih lulungu, aku pergi ke kamar si Alam. Dia pun sepertinya baru bangun. Bingung mau ngapain akhirnya kami memutuskan untuk pergi ke perpustakaan. Bukan untuk belaja, bukaaan, apalagi untuk ngerjain skripsi. Kami pergi ke perpus untuk numpang internetan gratis..
Alkisah sampailah kami di perpustakaan. dan ternyata, tidak ada konektivitas internet. Sekalinya ada, konektivitasnya lambat. Buka web satu aja nunggu loadingnya lama dan selalu berakhir dengan kata no internet akses. Damn. Akhirnya kami keluar lagi mencari spot yang internetnya konek, dan tempat paling dekat adalah rektorat. Sampailah kami di rektorat.
Seperti biasa, spot rektorat selalu dipenuhi oleh orang orang seperti kami, para pencari wifi. Untungnya kami masih kebagian colokan listrik higga laptop kami yang baterenya udah soak bisa nyala. Karena koneksinya lambat pula, wifinya putus nyambung, list film yang tadinya mau didownload pun tidak terpentuhi semua. Aku hanya dapat 4 episode dari total 20an episode. Jangan tanya film apa yang mau kudownload!...
Di tengah proses download, listrik mati. Yassalaaam... Listrik mati koneksi internet juga mati. Boro boro download buka web aja ga bisa. Padahal saat itu ada artikel menarik tentang masuknya seorang artis Hollywood ke dalam Islam. Tyrese Gibson (Pemeran Roman Pearce dalam Fast and Furious) telah mengucap dua kalimat Syahadat. Semakin banyak saja orang hebat yang mendapat hidayah. Yang menarik perhatianku adalah di akhir artikel disebutkan bahwa Tyrese Gibson masuk Islam, Lukman Sardi Murtad. Haaa? Karena ingin mengetahui kebenarannya, aku pun akhirnya online lewat telfon genggam. Meski kuota internetnya hampir habis aku bela belain ngebuka google buat baca beritanya. Dan benar sekali. Banyak artikel tentang Lukman yang berpindah agama. Malah ada pula video kesaksian Lukmat bahwa dirinya telah berpindah dari Islam menjadi "percaya". Atas nama penasaran, aku pun membuka link video itu. Video tersebut ternyata tidak langsung menunjukkan video kesaksian Lukman. Tapi di alamat video itu ada link video lain. Aku pun membukanya juga. Kali ini memang video kesaksian itu. Video berdurasi 15 menit itu berisi pengalaman spiritual Lukman Sardi sampai akhirnya memutuskan untuk "percaya". Lebih jelasnya silakan liat lewat link di bawah.
Melihat video itu, aku sedikit termenung. Timbul sedikit rasa marah, sedikit kesal, sedikit kecewa, yang aku sendiri tidak tahu berasal dari mana dan apa sebabnya. Entahlah... Tapi sesuai dengan yang Lukman katakan, tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Lukman berpindah agama juga bukan merupakan suatu kebetulan. Pasti ada alasan di balik semua itu. Dan yang lebih pasti lagi, Allah menghendaki Lukman untuk berpindah agama. Sudahlah...
Sebenarnya hal yang membuatku berpikir bukanlah Lukman Sardi-nya. Siapa pula dia, kenal juga enggak. Yang membuatku berpikir adalah karena kejadian ini aku menjadi melihat diriku sendiri. Aku melihat jauh ke dalam hatiku tentang seberapa lemahnya imanku, tentang belum maksimalnya ibadah yang kulakukan, tentang ke-sia siaan yang senantiasa terus aku lakukan. Lebih lebih, aku melihat ada rasa takut dalam diriku jika suatu hari nanti, bagaimana jika suatu hari nanti akulah yang tersesat. Bagaimana bila Allah tidak menghendakiku mati dalam keadaan Muslim. Bagaimana mudahnya bagi Allah untuk membolak balik hati seseorang. Rasanya ingin menangis saat ini juga. Astagfirullah... Semoga tidak sampai demikian. Betapa rugi dan tidak beruntungnya aku jika aku menjadi bagian yang tidak diridhoi Allah untuk jadi hambaNya yang seitia.
0 komentar:
Posting Komentar