Friendship is (not) Bullshit


Aku berjalan sendiri di salah satu koridor sekolah. Walaupun orang berlalu lalang di depanku, dibelakangku, disamping kanan kiriku, aku tetap merasa sendiri. Tak ada satu orang pun dari mereka yang mengajakku berbicara, bahkan hanya untuk mengucap kata “Hai!”. Aku tak layaknya adalah angin lalu bagi mereka.

Sebuah suara terdengar menyapaku, akhirnya. Aku amat kenal dengan suara ini. Suara sedikit cempreng khas seorang gadis. Dengan wajah datar aku menoleh ke arah datangnya suara itu. Senyumnya mengembang begitu saja. Aku hanya membalasnya dengan datar dan dingin.

***

Mungkin aku bukanlah seorang pencerita yang baik, pencerita yang bisa benar-benar menggambarkankan sesuatu yang diceritakannya, yang dipikirkannya. Tapi aku akan mencoba bercerita dengan gayaku sendiri.

Tak perlu kuceritakan tentang latihan senam anak kelas XII IPA 3 yang kacau balau. Yang ingin kuceritakan adalah tentang sesuatu yang menurutku lebih mengharukan daripada tenggelamnya Jack Dawson dalam film Titanic, lebih menggembirakan daripada kabar menangnya Taufik Hidayat dalam Piala Thomas, dan lebih mengasyikkan daripada nonton konsernya Bondan Prakoso and Fade 2 Black dalam acara musik yang akhir-akhir ini selalu menampilkan penyanyi-penyanyi baru yang menurutku kurang bermutu dan asal-asalan.

Minggu 13 Maret 2011

Hari ini bukanlah kali pertama kami berkumpul bersama. Sebelum-sebelumnya, kami sering berkumpul, baik di tempat biasa, maupun di tempat yang tidak biasa seperti hari ini. Jatos, tempat ini bukanlah tempat yang bisa setiap hari kami--setidaknya aku-- bisa kunjungi. Kebanyakan terjadi begitu saja tanpa direncanakan, namun bagai sebuah air, air yang mengalir selalu lebih sejuk dibandingkan dengan air yang tak mengalir.

Awalnya, hanya aku dan si Via yang akan pergi ke Jatos. Kami ingin membeli kado buat si Asep. Walaupun hari ulang tahunnya sudah lama sekali, tapi tak ada salahnya jika kita memberinya saat ini. Seperti sebuah hutang rasanya jika sahabat kita berulang tahun, tapi kita tidak memberinya sesuatu apapun. Maka dari itu kami ingin memberinya sesuatu. Namun, yang lain malah mengajakku untuk pergi, ya sudahlah, tak enak juga kan kalau aku menolaknya dan nanti di Jatos tiba tiba kami bertemu.

Dia Orangnya aneh, lebih tepatnya unik, tak mudah ditebak, sehingga kami kebingungan memilih kado yang cocok untuknya. Namun pada akhirnya, ada suatu benda yang menurut kami sangat unik dan menarik. Harganya pun lumayan cocok untuk kami, terutama untukku yang sedang mengalami krisis keuangan.

Tanpa banyak basa-basi, kami langsung memberikan hadiah itu. Ekspresinya memang datar, tapi aku yakin dalam hatinya ia sangat merasa bahagia. Aku juga yakin, dia bisa menghargai pemberian kami itu.

Setiap pertemuan selalu ada tema yang menarik untuk dibicarakan. Selalu ada tema yang bisa membuatku tertawa lepas. Kali ini pun demikian. Kami tertawa bersama, mengobrol kesana kemari. Aku benar-benar merasakan suasana persahabatan. Begitu menggembirakan. Sampai akhirnya, aku sadar bahwa sebentar lagi semua ini akan berakhir. Semua akan berpisah. Tak ada yang abadi. Memang bibirku masih bisa tertawa dengan lelucon-lelucon mereka. Tapi dalam hati, aku begitu kecewa, sangat kecewa. Mengapa persahabatan yang begitu indah ini harus berakhir begitu saja. Waktu 3 tahun terlalu singkat untuk suatu hal bernama persahabatan.

Mereka adalah orang-orang yang membuatku percaya bahwa persahabatan bukanlah sebuah omong kosong belaka. Persahabatan itu nyata. Persahabatan itu ada. Bersama mereka, aku bisa tertawa lepas. Bersama mereka, aku bisa menjadi diriku sendiri. Bersama mereka, aku tak pernah merasa sendiri dan dikucilkan. Bersama mereka, aku merasa ada yang mau menerimaku apa adanya. Kenangan yang tak akan pernah mungkin bisa kulupakan. Terima kasih.

Untuk Alamsah Firdaus, Asep Ridwan Ali, Nuravianti Kosasih, Eri Anshori Nurhadi, Arief Maulana, Teguh Suseno, Fadjri Firdaus, Rian Saepuloh, orang lain yang masih mau menganggapku sahabat, dan seseorang yang saat ini aku cintai, tulisan ini ada karena kalian. Tulisan ini ada untuk kalian. I’ll never forget you..

0 komentar:

Posting Komentar