Pernah suatu hari ketika
aku sedang berada di tempat penjual sate,
menunggu sate pesenanku selesai dibuat,
seorang mahasiswi berhijab datang mengambil pesanannya yang sudah lebih
dulu dibuat. Ada sesuatu yang tampaknya kurang sesuai dengan hati si mahasiswi
sehingga ekspresi wajahnya memberenggut.Aku lupa persisnya bagaimana perkataan
wanita itu. Tapi kurang lebih seperti
ini, "Bang, gak usah pakai
plastik. Ini kan ga baik buat makanan,"
sambil merujuk plastik hitam pembungkus sate dengan ekspresi yang jauh dari
kata ramah. Abang penjual dengan sabar mengeluarkan kembali bungkusan sate dari
plastik. Padahal plastik itu tidak bersentuhan
langsung dengan sate yang akan dimakannya.
Setahuku, plastik itu baru akan
berpengaruh buruk bila bersentuhan langsung dengan makanan.
Aku hampir
melongo, kok bisa seorang wanita, dengan titel mahasiswa dan berhijab
panjang, memberi tahu seorang pedagang
bahwa makanan yang dijualnya kurang sehat di depan para pembeli yang lain. Bagaimana
bila pembeli yang lain jadi enggan membeli sate di sana lagi karena ucapan si
wanita itu? Aku tidak bermaksud menitik beratkan masalah pada mahasiswa dan
hijabnya. Justru aku berpikir kalau semua wanita berjilbab itu anggun dan baik
baik dalam bersikap.
Mungkin maksud dia
baik, ingin mengedukasi pedagang untuk
lebih sehat dalam menyajikan barang dagangannya. Tapi cara yang digunakan dia
rasanya kurang baik. Bukankah dalam Islam juga sudah diajarkan, bahwa sesuatu yang baik harus dilakukan
dengan cara yang baik pula? Dan sesuatu yang buruk tidak lantas menjadi baik
bila dilakukan dengan cara dan tujuan yang baik. Sebuah perjudian tidak menjadi
baik bila saat melakukannya diawali dengan bismillah dan dengan tujuan mencari
nafkah. Bahkan bila sebagian uang hasil judi
dipakai untuk bersedekah. Sama halnya dengan
kasus seseorang mencuri untuk memberi makan anaknya yang kelaparan. Tidak boleh
dibolak balik seperti itu.
0 komentar:
Posting Komentar