Siang tadi aku menelfon Mamah. Dan apa salah satu dialog yang
terjadi di antara kami? “A, sudah punya calon belum?” tanya beliau. Lalu
aku setengah tersenyum mengenaskan menjawab, “Belum, Mah. hehehe. Belum kepikiran. Sekarang mah masih mikirin lulus dulu”. Mamah
kemudian melanjutkan, “Iya bagus kalau seperti itu. Nanti kalau sudah
punya kerja mah silakan saja mau nikah juga.” Lalu aku hanya bisa
menjawab dengan tawa yang dipaksakan.
Barusan, salah seorang teman
kelas membagikan foto surat undangan pernikahannya di grup. Pikiran
yang tadi siang ada di kepalaku muncul lagi ke permukaan: Betapa sudah
(harus) dewasa-nya aku ini. Mengingat angka tahun kelahiranku, aku
sudah tidak bisa dikatakan remaja lagi. Apalagi anak-anak. Sedang
kelakuanku masih saja seperti bocah, masih serba tergantung kepada orang
tua. Selangkah di depan, aku sudah harus memikirkan tentang kehidupan
yang sesungguhnya, tentang bagaimana mencari nafkah, serta bagaimana
bersiap untuk nikah.
0 komentar:
Posting Komentar