Nama adalah identitas. Seseorang bisa diingat dan dikenal lewat nama yang tersemat pada dirinya. Karena latar belakang itula mungkin, nama haruslah enak didengar dan memiliki arti khusus.
Orang tua memiliki hak penuh atas nama yang akan diberikan pada anaknya. Bila sang anak merasa tidak cocok dengan namanya, pada saat dewasa dia bisa menggantinya sesuai dengan keinginannya. Di luar negeri, khususnya negara barat, ada semacam tradisi unik dalam memberi nama. Nama bisa diambil dari apa saja. Contohnya saja Josh W Bush (semak semak), Nicholac Cage (kandang, kurungan), Nama anak Chris Martin &Gwyneth Paltrow: Apple (Apel), dan masih banyak yang lainnya.
Di Indonesia sendiri, ada nama-nama khas dari tiap daerah. Misalnya Buyung dari Sumatera Barat, Ujang atau Asep dari Sunda, Ketut dari Bali, dan lain-lain.
Nama adalah sebuah doa. Di kampungku, dari dulu sampai sekarang, ada tradisi "ngitung" nama alias meminta nama pada seseorang yang dipercaya bisa "menghitung" dalam menentukan sebuah nama, disesuaikan dengan hari dan tanggal kelahiran si anak. Biasanya nama yang diambil berasal dari bahasa arab atau diambil dari Al-Quran serta memiliki arti-arti yang bagus. Taufik, misalnya yang berarti anugerah. Saeful yang berarti pedang, Saefuddin yang artinya pedang agama. Ada juga yang memberi nama seperti nama-nama nabi. Contohnya Muhammad, Yusuf, Adam, Harun, Sulaiman, Jakaria, Yahya, dan sebagainya.
Seiring perkembangan jaman. televisi sudah bukan barang yang aneh lagi ditemukan di rumah-rumah warga. Isi tayangan dalam televisi yang banyak menampilkan artis artis terkenal juga ternyata mampu mempengaruhi warga di kampungku dalam menentukan nama untuk anaknya. Jika dulu nama anak banyak yang berasal dari bahasa Arab, perlahan kini mulai bergeser. Orang tua banyak memberi nama anaknya "meniru" nama-nama artis yang sedang beken saat ini. Contoh: Syahreza (diambil dari nama belakang Afgan). Ariel (diambil dari nama vokalis Band Noah). Shakira (diambil dari nama penyanyi barat). Nama nama semacam Muhammad dan taufik sudah mulai ditinggalkan.
Tidak ada yang salah, memang. Sekali lagi orang tua berhak memberi nama apa saja pada anaknya. Satu hal yang harus diingat, bahwa nama adalah doa. Dan yang aku khawatirkan, ciri khas kedaerahan yang tersemat dalam nama-nama orang Indonesia menjadi hilang. Takutnya, orang mulai merasa malu bila orang tuanya memberi nama dia Ujang atau Asep lagi.
0 komentar:
Posting Komentar