Sad but true, melepaskan orang yang cukup lama menghuni
suatu sisi di kehidupan kita itu seperti melepaskan separuh dari diri kita
sendiri. Melepaskan karena badannya tidak bisa lagi berdekatan dengan kita,
atau hatinya yang sudah tidak ada nama kita lagi di dalamnya. Lebih sedihnya,
kita tidak bisa melakukan apa-apa untuk mencegahnya.
Akhirnya, semua harus berakhir. Sedih memang, tapi hidup
harus berlanjut. Kita tidak bisa menutup pintu bagi orang baru untuk datang ke
kehidupan kita atas dasar kita masih menyisakan ruang untuk orang yang jelas
jelas sudah (ingin) pergi dari hidup kita.
Aku pernah membaca suatu kalimat yang bunyinya kurang lebih
seperti ini: "Aku pernah menghabiskan waktuku untuk mengejarmu. Bila kini
tidak ada aku di hidupmu, anggap saja aku sudah belajar menghargai waktu."
(Maaf sumbernya lupa. Silakan diklaim
kalau merasa memiliki). Aku benar benar mengagumi ungkapan tersebut. Padat dan
syarat makna. Terkadang kita memang
harus lebih menghargai keberadaan diri kita sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar