Tentang Hujan, Longsor, dan Hal Lain yang Menurut Kita Buruk

 Hari Minggu kemarin, dadakan teman mengajak aku pergi ke curug. Sebenarnya sudah dua kali dia ngebet ingin pergi ke sana. Tapi karena beberapa alasan, selalu saja tidak jadi. Hari itu dia menagih lagi untuk kutemani. Karena tidak enak mau menolak sudah beberapa kali membatalkan, aku pun mengiyakan ajakannya.

Rencana berangkat pukul 9 molor jadi setengah sebelas. Dasar wanita (*upss). Dengan estimasi waktu perjalanan minimal 2 jam, bisa sampai tengah hari sampai di sana. Dibarengi hati yang--sedikit-- ogah ogahan, kami akhirnya berangkat.

Di perjalanan, teman berulang kali bertanya apakah jalan yang kami lalui sudah benar apa nyasar? maklum, aku lupa lupa ingat jalannya. Kemampuanku dalam mengingat jalan ke suatu tempat memang benar benar tidak bisa dibanggakan. Tapi akhirny sampai juga di pintu masuk kawasan wisata curug itu.

Tepat setelah membayar karcis masuk, tetiba hujan turun dengan derasnya. Benar benar yah kota Bogor ini..  Hujan turun tanpa peringatan sama sekali. Kami dan beberapa pengunjung lain terpaksa meneduh di gapura tempat penjualan tiket.

Satu setengah jam lebih kami berteduh. Mana perjalanan dari pintu masuk ke curugnya masih jauh lagi.. Dan kami belum shalat Duhur pula. Jadi sebelum hujan berhenti, kami nekad menerobosnya.

Tujuan awal kami adalah curug yang letaknya di tengah kawasan wisata itu. Di sana memang ada sekitar tujuh atau lebih curug. kami memilih curug yang--setauku-- paling tinggi.

Setelah melalui dua curug, jalan di depan kami ternyata longsor. Memang hanya longsor kecil, tapi akses jalan tetap ditutup. Mungkin terlalu rawan bila kami tetap melewatinya. Akhirnya kami putar balik dan rehat dulu di masjid sambil shalat. Kami akhirnya memutuskan untuk pergi ke curug terdekat saja.

Sampai di curug hujan sudah berhenti.  Rasa letih di perjalanan seketika hilang melihat aliran curug yang deras lagi jernih. Jika tadi hujan tidak turun, mungkin airnya tidak sederas ini. Dan jika tidak ada longsor, mungkin kami harus berjalan kaki jauh dari parkiran, karena setahuku, curug yang awalnya kami tuju memang jauh ke dalam. Belum lagi jalannya yang nanjak dan licin. Berbeda dengan curug yang kami datangi ini, hanya sekitar 4 menit berjalan kaki dari parkiran. Memang sudah menjadi takdir, mungkin, kami harus mendatangi curug ini.

Demikianlah, hujan deras dan tanah longsor yang awalnya kami kira menghambat dan (sedikit) mengesalkan, ternyata malah membawa kebaikan. Ternyata, sesuatu yang awalnya kita anggap buruk, bisa jadi mendatangkan berkah tersendiri bagi kita.

0 komentar:

Posting Komentar