Belajar Mencintai Alam

Begini-begini, aku pernah mengikuti diklat sebagai pecinta alam di kampus, merasakan dibentak bentak oleh senior, berjalan  di kegelapan tengah malam, tidur dua jam hanya beralaskan tanah berpayung jas hujan, pernah juga merasakan romantisnya berciuman dengan tanah, pohon dan benda alam lainnya.  Pernah juga kedinginan di gunung hampir hipotermia karena berpisah dengan teman teman sependakian.  Semua memang tidak menjadikanku sebagai orang yang gemar mendaki gunung atau menjelajah hutan.  Tapi setidaknya dari diklat itu muncul dalam hatiku sedikit rasa cinta terhadap alam dan pelajaran bagaimana memperlakukan alam dengan lebih bijaksana.

Hidup di kota besar seperti Bogor yang kebetulan menyewa kamar dekat sungai dan jembatan membuatku banyak melihat orang-orang keparat yang dengan seenaknya melemparkan sampah ke sungai.  Mereka tidak sadar kalau sampah-sampah tersebut sangat teramat mencemari sungai.  Secara biologis, sampah yang dibuang ke sungai akan mempengaruhi ekosistem sungai.  Apalagi jika dalam sampah yang dibuangnya itu terdapat bahan kimia yang bisa membunuh ikan-ikan yang hidup di sungai.  Lebih jauhnya, sampah itu bisa terbawa arus dan sampai ke laut.  Jika sudah sampai di laut tentu akan lebih bahaya bagi ekosistem laut.  Ditinjau dari sudut pandang lain, sampah yang menggunung akan menghambat aliran sungai.  Ketika musim hujan turun, aliran air akan tersendat oleh sampah-sampah yang dibuang itu dan akhirnya menyebabkan banjir.   Jika sudah banjir, semua orang di sekitar sungai menjadi korbannya.

Kembali ke soal mencintai alam, aku percaya bahwa alam ini sebenarnya hidup.  Dia memberikan respon terhadap setiap perlakuan yang diberikan manusia kepadanya.  Contoh kecilnya ya banjir itu tadi.  Ketika manusia memberi perlakuan negatif kepada alam, alam pun akan memberi respon negatif kepada manusia.  Begitu sebaliknya. Manusia seharusnya bisa hidup berdampingan dengan alam.  Alam sudah menyediakan tempat hidup yang nyaman kepada kita.  Kita pun harus berterima kasih pada alam dengan sebaik baiknya.

0 komentar:

Posting Komentar