Sudah dua hari ini aku shalat duhur di masjid, dan dua hari
ini pula aku bertemu seorang bapak-bapak yang juga shalat di sana. Mungkin
Bapak itu memang selalu shalat duhur di masjid. Tidak ada yang aneh dengan
bapak yang akan kuceritakan ini, kecuali rompi warna biru bertuliskan merk susu
nasional yang kulihat dalam dua hari ini selalu dipakainya. Dari sana aku tahu
bahwa bapak itu adalah tukang jual susu kemasan keliling yang biasanya memakai
sepeda dalam berjualannya. Kulitnya cokelat tua mengilat tanda terlalu sering
terbakar matahari. Bau keringat sedikit tercium yang dengan tegas menyiratkan
bahwa dia telah melakukan aktivitas berat seharian. Mungkin berkeliling kampung
menjual susu dagangannya. Kupiah bundarwarna putih melekat di kepalanya ketika
dia seang melaksnakan shalat. Pasti telah dia siapkan sejak berangkat dari
rumah tadi. Dia telah mempersiapkan jikalau harus melaksanakan shalat di dalam
perjalanannya mencari nafkah.
Melihat bapak itu, aku kembali diingatkan, bahwa di dunia
ini masih ada orang yang walaupun hidupnya sederhana, seharian mencari nafkah
yang hasilnya tidak seberapa dibanding harga kebutuhan yang terus meningkat,
dia tetap taat menjalankan perintah Tuhannya. Ketika kebanyakan orang rakus
dengan harta hingga lupa untuk apa dia hidup di dunia, ternyata masih ada
segelintir orang yang masih bisa hidup seserhana namun bersahaja.
Menilik orang-orang di atas sana, yang melabeli diri mereka
wakil rakyat, atas nama rakyat dengan teganya mereka memperkaya diri mereka
sendiri. Menuntut pasilitas ini dan itu tanpa disertai kinerja yang memuaskan.
bayangkan saja, mereka tidur di kursi empuk di ruangan dingin ber-AC yang
mereka namai ruang sidang, atau bahkan tidak hadir karena mengurusi urusan
pribadinya, mereka tetap saja menerima uang gaji sebagai wakil rakyat. Padahal
rakyat yang katanya mereka wakili harus banting tulang mengais rejeki yang
tidak seberapa dibanding wakilnya. Bukan bermaksud me-stereotipe, hanya
kebanyakan demikian.
Ah, untuk apa pula aku membicarakan orang di atas sana.
mending aku memperhatikan bapak penjual susu tadi yang telah memberikan
pelajaran berharga siang ini.
0 komentar:
Posting Komentar