Jogja - Bab IV Bule di Prambanan


Sampai di tempat penginapan, kami berdua langsung membalas hutang tidur dalam kereta dan tidur yang terganggu oleh bapak yang kehilangan istrinya.  Pukul 9 lebih kami baru bangun dan merumuskan tempat apa saja yang ingin kami kunjungi hari ini.  Prambanan menjadi tempat pertama, alun-alun dan kraton jadi tempat selanjutnya.

Selesai mandi dan bersiap, kami langsung menuju halte untuk menumpang Transjogja.  Perlu sekitar satu jam setengah dari Malioboro menuju Candi Prambanan.  Melewati bandara Adi Sucipto, ditambah berjalan kaki yang cukup jauh dari halte menuju pintu masuk.

Prambanan adalah candi Hindu terbesar di Asia, bahkan mungkin di dunia.  Konon menurut legenda Candi  Prambanan dibangun oleh pangeran Bandung Bondowoso atas dasar permintaan Roro Jonggrang.  Sejarahnya bisa dicari di google.  Yang bikin kita kagum adalah selain bentuknya yang megah, ke-mustahil-an membangun candi candi yang begitu megah dengan teknologi zaman dulu, juga kepada orang-orang yang melakukan pemugaran dan penyusunan kembali setelah puing-puing candi ditemukan.  Pemugaran pertama katanya membutuhkan waktu lebih dari sepuluh tahun.  Tidak aneh melihat bangunan-bangunan candi yang begitu megah.

Ratusan turis yang berasal dari bergai negara bisa dengan mudah kita temui di sana.  Dan yang tidak kalah membuat kagum adalah banyak orang yang menjadi pemandu wisata turis-turis itu, berbicara dengan fasihnya bahasa mereka.  Tidak hanya Bahasa Inggris, para pemandu itu juga berbicara bahasa asing lainnya.  Dengan belasan/puluhan bangunan candi, sulit bagi kami untuk mendatanginya satu per satu.  Kaki kami keburu pegal naik turun tangga candi.

Pulang dari Prambanan kami naik Transjogja lagi, memburu waktu untuk bisa masuk Kraton.  Sayangnya ketika sampai alun-alun, pintu kraton sudah ditutup.  Alhasil kami hanya bisa ngaso di alun-alun Jogja.

0 komentar:

Posting Komentar