Jogja - Bab VI Macam Macam Turis





Setelah melewati jalan yang di pinggir kanan-kirinya berupa pesawahan, kami tiba di Borobudur.  Pukul setengah 3 sore,  untungnya kami masih dipersilakan untuk masuk.  Berbeda dengan di Prambanan, di Borobudur pengamanannya lebih ketat.  Kami dilarang membawa makanan ke area candi.  Turis yang datang ke sini pun tidak sebanyak turis di Prambanan.  Candi Borobudur adalah candi Budha terbesar di dunia.   Candi ni bahkan masuk Seven wonder-nya dunia.  Satu lagi perbedaan dengan Candi Prambanan, jika Prambanan terdiri dari beberapa candi, Borobudur hanya terdiri dari sebuah candi yang besar dan bertingkat-tingkat.  Kemegahan desain arsitekturnya tidak kalah dengan Candi Prambanan.

Di Borobudur pun tidak sulit menemukan turis-turis dari mancanegara.  Setelah melakukan pengamatan bersama Nyoto terhadap turis-turis di Prambanan dan Borobudur, kami jadi tahu kebiasaan turis turis ini tentang cara berfoto.  Turis Eropa biasanya hanya melakukan beberapa pemotretan dengan objek dirinya atau teman temannya.  Sisanya turis Eropa banyak memotret bangunan candid an keindahan lain.  Turis Asia dan yang berwajah oriental justru sebaliknya.  Mereka banyak sekali melakukan selfie dan memoto dirinya.  Turis lokal beda lagi.  Selain banyak berfoto diri, turis lokal juga banyak (meminta) berfoto dengan bule-bule asing.  Seolah bule-bule itu adalah alien atau lebih unik dari patung-patung candi.  Mending kalau meminta foto dengan memakai bahasa Inggris.  Ini mah….  Dan entah kenapa, tidak hanya di tempat-tempat wisata, bila “bule” melintas, banyak dari orang lokal menatapnya dengan pandangan aneh.  Coba kita bayangkan bila ada orang yang menatap kita dengan pandangan aneh dan menelisik.  Pasti kita akan merasa tersinggung juga.  Bikin malu!

0 komentar:

Posting Komentar